BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakangPelaksanaanPraktikKerjaLapangan (PKL)
KegiatanPraktikKerjaLapanganmerupakankegiatan
sepesifikasi yang dilaksanakandiluarsekolah.Pelaksanaankegiataninisudahberlangsungsejaktahun1997.Pertama
kalidilaksanakanhanyadiikutolehsiswa yang
mengambilSepesifikasiKomputer.Disusuldengan PKL bahasa yang diikutiolehsiswa
yang mengambilSpesifikasiBahasaInggrisdansiswa Madrasah AliyahKeagamaan
(MAK).Selanjutnyatahun ajaran 2000/2001 diikuti pula olehsiswaSpesifikasiTataBusana,Spesifikasi
Kitab Turats,SpesifikasiPerikanandanSpeseifikasiPengelasan.Sedangkantahunajaran
2001/2002 diikutiolehsemuasepesifikasi
yang ada di Madrasah Aliyah Al Hikmah 2 Terpadu, yaitu :
1. SpesifikasiKomputer
2. SpesifikasiBahasaInggris
3. Spesifikasi Tata Busana
4. SpesifikasiPerikanan
5. SepesifikasiPengelasan
Selainmengadakan PKL di tempat yang
sudahditentukanuantukmasing-masingsiswa, siswajugamengadakan PKL keagamaan di
tempattinggalsementaraselamamelaksanakankegiatan PKL.
1.2.Tujuan PKL
1. Mengetahuitingkatkeberhasilan PKL
masing-masing program yang telahdilaksanakan di sekolah.
2. Mengetahuikemampuansiswadidalammenyerapsemuamateri
yang telahdiberikan.
3. Memberikankesempatankepadasiswauntukmengenallebihdekattentanglingkunganduniakerjanyata.
4. Meningkatkanwawasansiswatentangdunialuarmelalui
proses pengamatanlangsung di lingkungankehidupansekitarnya.
5. Menumbuhkanmotivasipadasiswauntukmenjadimanusia
yang mampuberpikirlogis, kritis, kreatif, mandiri, danberakhlakmulia.
6. Menumbuhkankepedulianpadasiswaterhadapkondisiislamiyah
di lingkungan PKL padakhususnyadan kehidupan sosial padaumumnya.
1.3. TujuanPembuatanLaporan PKL
1. Siswamampumemahami,memantapkandanmengembangkanpelajaran
yang didapatkan di sekolahdanmenerapkannyadalamduniausaha.
2. Melatihmengolah data-data yang
didapatkandari PKL menjadikaryatulisilmiah.
3. Melatihdiriuntukmembuatkaryatulis yang
baik.
4. Sebagaiusahauntukmenyempurnakanpelaksanaan
PKL danmenghindarikekeliruanpenempatanbidangkerjasiswa.
1.4. TeknikPengumpulan Data
Data diperolehmelalui
proses wawancaradanpengamatanpadaPraktekKerja di Lapanagan,
dapatjugadiperolehmelaluibuku-buku literature yang sudahada, laludiolahmenjadikaryatulisilmiah.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Nama Lembaga
Satuan
Kerja Pembenihan
dan Budidaya Ikan Air Tawar Janti (SATKER PBIAT), terletak di jalan Raya
Janti-Cokro, di Kelurahan Janti, Kecamatan Polanhardjo, Kabupaten Klaten,
Provinsi Jawa Tengah. SATKER PBIAT mempunyai batasan-batasan wilayah sebagai
berikut :
a)
Sebelah utara : Berbatasan dengan Rt/Rw 08/05 desa Janti
b)
Sebelah selatan : Berbatasan dengan
Rt/Rw 09/05 desa Janti
c)
Sebelah timur : Berbatasan dengan Rt/Rw 09/05 desa Janti
d)
Sebelah barat : Berbatasan dengan desa Wunut
Gambar
1. SATKER PBIAT Janti
SATKER PBIAT
Janti teletak sekitar 1 km dari pasar
Cokro, 100 m dari pemukiman penduduk, terletak di barat Kantor Kepala Desa
Janti dan MIM Janti.
2.2. Sejarah
Singkat
SATKER PBIAT
Janti mulai didirikan pada tahun 1979 dan diresmikan pada tahun 1983 oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan pemuliaan ikan Nila di SATKER PBIAT
Janti dimulai sejak tahun 2004 setelah SATKER PBIAT Janti ditunjuk menjadi
Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Regional (PPIINR) melalui SK Dirjen Budidaya
No. 6378/DPB-1/PB.110.D1/12/03. Pada
tahap awal dimulai dengan mendatangkan ikan Nila berbagai strain seperti Gift,
Nifi, Singapura, Citralada dan Nila Putih. Kemudian pada tahun 2005 dilakukan
perkawinan secara inbreeding dan cross breeding untuk mendapatkan
gambaran performa benih yang dihasilkan. Pada tahun 2006 diketahui persilangan
(cross breeding) antara induk strain
Gift (GG) dan pejantan strain Singapura (SS) menghasilkan benih hibrid (GS)
terbaik. Pemuliaan induk dilakukan menggunakan metode seleksi individu.
Generasi pertama (F1) dihasilkan tahun 2006, generasi kedua (F2) tahun 2007 dan
generasi ketiga (F3) tahun 2008. Berbagai uji terhadap benih hibrid (GS)
generasi ketiga seperti uji pertumbuhan, multi lokasi, salinitas, dan hama
penyakit dilakukan tahun 2008. Benih hibrid (GS) generasi ketiga inilah yang direlease pada tanggal 23 Nopember 2009
dengan nama Larasati.
2.3. Tujuan Pokok
Produksi
a)
Melaksanakan penyediaan benih dan calon induk
bermutu
b)
Melaksanakan kaji terap teknologi perbenihan
c)
Melaksanakan pengawasan, pengendalian hama
penyakit ikan
d)
Melaksanakan sebagian tugas teknis Balai
Perbenihan dan Budidaya Ikan
e)
Melaksanakan tugas ketatausahaan
Untuk
melaksanakan tujuan dan tugas-tugas pelayanan, SATKER PBIAT Janti didukung oleh 18 orang pegawai.
2.4.Susunan
Organisasi
Guna mendukung
kelancaran tugas dan pelayanan kepada masyarakat, telah disusun struktur
organisasi yang terdiri dari :
STRUKTUR ORGANISASI
SATKER PBIAT JANTI – KLATEN
2.5.
Fasilitas-fasilitas
Pada STKER PBIAT Janti memiliki dua fasilitas yaitu :
A.
Fasilitas Pokok
:
NO
|
JENIS
|
JUMLAH
|
LUAS
|
1.
|
Kolam Pendederan
|
30 buah
|
12.590,32 m2
|
2.
|
Kolam Pembesaran
|
9 buah
|
3.738,49 m2
|
3.
|
Kolam Pemberokan Benih
|
4 buah
|
550 m2
|
4.
|
Bak Pemijahan (Ketekan)
|
15 buah
|
450 m2
|
5.
|
Bak Pemberokan Pejantan
|
22 buah
|
55 m2
|
6.
|
Bak Pemberokan Induk
|
22 buah
|
182 m2
|
7.
|
Bak Karantina
|
2 buah
|
98 m2
|
8.
|
Bak Penelitian
|
8 buah
|
310,17 m2
|
9.
|
Bak Filterisasi
|
1 unit
|
54 m2
|
10.
|
Hatchery
|
1 unit
|
112 m2
|
11.
|
Laboratorium
|
1 unit
|
48 m2
|
12.
|
Gudang Pakan
|
1 unit
|
24 m2
|
13.
|
Peralatan Perbenihan
|
1 unit
|
-
|
14.
|
Peralatan Penangkapan
|
2 unit
|
-
|
15.
|
Gudang (Genset)
|
1 unit
|
190 m2
|
B.
Fasilitas Pendukung :
NO
|
JENIS
|
LUAS
|
1.
|
Gedung Kantor
|
180 m2
|
2.
|
Rumah Dinas Pimpinan
|
70 m2
|
3.
|
Kopel (Rumah Dinas Karyawan)
|
72 m2
|
4.
|
Asrama
|
90 m2
|
5.
|
Aula (Ruang Pertemuan)
|
120 m2
|
6.
|
Bangsal Penjualan Benih Ikan
|
90 m2
|
7.
|
Loket Penjualan
|
4 m2
|
8.
|
Rumah Jaga
|
18 m2
|
9.
|
Musholla
|
12 m2
|
10.
|
Gudang Alat-Alat Penangkapan
|
18 m2
|
11.
|
Garasi
|
35 m2
|
12.
|
Gudang Alat-Alat Perbenihan
|
15 m2
|
2.6.
Kegiatan-kegiatan yang Dilaksanakan
A. Perbenihan
Ikan
Meningkatnya
kegiatan budidaya ikan mengakibatkan meningkatnya kebutunan akan benih ikan
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Untuk mengantisipasi hal tersebut
maka kegiatan Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Janti –
Klaten masih tetap diarahkan pada kegiatan perbenihan ikan Nila Merah, dan
telah dihasilkan Benih Nila Merah Hibrid Janti yang diberi nama “LARASATI”. Teknologi
perbenihan ikan yang dilaksanakan Satker PBIAT Janti adalah dengan
menggunakan Sistem Janti (pengetekan) dan Sistem Sapih
Benih sebagaimana SPO dan Alur Produksi Nila Merah Janti.
B. Kegiatan
Pelayanan
·
Pelayanan
penyediaan benih/induk bermutu baik;
·
Pelayanan
kesehatan ikan;
·
Pelayanan
informasi teknologi perbenihan dan infor-masi lainnya yang berkaitan dengan
pembudidayaan.
·
Pelayanan
Penelitian, magang dan PKL bagi mahasiswa, pelajar dan masyarakat
C. Kegiatan
Breeding Program (PPIINR)
Sampai
dengan akhir tahun 2010, kegiatan Breeding Program (PPIINR) masih melanjutkan
program tahun sebelumnya dan sudah dilaporkan ke Broodstock Center BBPBAT
Sukabumi pada bulan Juni dan Oktober 2010. Kegiatan tersebut antara lain:
·
Melanjutkan
kegiatan broodstock nila untuk menghasilkan induk F4.
·
Produksi
Induk (F4) “Larasati” 10 paket. Hasilnya saat ini diperoleh 10 paket induk F4
untuk pemuliaan lanjutan.
·
Perbanyakan
dan distribusi Induk (F4) “Larasati” 100 paket ke kabupaten se-Jawa Tengah.
Hasilnya saat ini diperoleh 20 paket induk F4 siap pijah dengan bobot 200 g –
300 g per ekor dan 20 paket calin F4 ukuran 8 – 12 cm.
D. Kegiatan
Sertifikasi CPIB
Kegiatan
sertifikasi CPIB telah dilaksanakan dan sudah sampai tahap penilaian lapangan
yang dilaksanakan tanggal 14 Desember 2010 oleh auditor sertifikasi CPIB dari
KKP sebanyak 2 orang. Hasilnya sangat memuaskan dan hanya ditemukan 2
ketidaksesuaian yang dapat dengan segera diperbaiki agar menjadi sesuai. Dengan
hasil tersebut diharapkan nilai sertifikasi CPIB yang diperoleh adalah nilai A
/ Sangat Baik (EXCELLENT).
BAB III
IKAN NILA LARASATI
(Nila Merah Strain Janti)
Ikan Nila Larasati (Nila
Merah Strain Janti) adalah salah satu komuditas ikan Nila yang banyak
diminati di pasaran. Larasati
sebagai benih tebar telah teruji sebagai produk benih hibrid Nila Merah yang
berkualitas unggul baik dipelihara di kolam, air tenang, air deras maupun
keramba jaring apung (KJA). Larasati sangat digemari masyarakat karena cepat
tumbuh, daging tebal, pertumbuhan seragam, SR tinggi (> 90%), FCR rendah
(1,2 – 1,3), tahan terhadap perubahan lingkungan, dan secara laboratoris
terbukti tahan terhadap bakteri Streptococcus
agalactiae. Pengembangan budidaya Larasati masih terbuka luas baik di pasaran
maupun lahan budidayanya. Kegiatan budidaya Larasati telah memberikan dampak
positif terhadap sosial ekonomi masyarakat dengan terbukanya lapangan pekerjaan
dan peluang usaha dibidang budidaya serta terbukanya kawasan wisata kuliner.
3.1. Klasifikasi
Ikan Nila Larasati
Klasifikasi ikan Nila Merah yang kini dianut oleh para
ilmuwan adalah yang telah dirumuskan oleh Dr. Trewavas (Suyanto, 1995)
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichdayes
Sub kelas : Acandaopdaerigii
Ordo : Pencomorphi
Subordo : Percoidea
Fainilia : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Jenis (Spesies) : Oreochromis niloticus
3.2. Morfologi Ikan
Nila Larasati
Ikan Nila Larasati memiliki tubuh lebih bulat dan dagingnya lebih tebal dibandingkan dengan jenis ikan Nila yang lain. Ikan Nila ini memiliki warna dominan Merah 80%, Doreng 15%, dan Hitam 5% dari keseluruhan populasinya. Berikut adalah gambar dan table deskripsi ikan Nila Larasati.
Gambar 2. Nila Larasati
Merah 80 % dari populasi
Gambar 3.LARASATI
Dorengdominan 15% dari populasi
Gambar 4. LARASATI Hitam dominan 5% daripopulasi
Tabel
1. Deskripsi ikan Nila Larasati ukuran
konsumsi/dewasa :
I
|
Karakter Morfologi
|
|
1.1
|
Jumlah
jari-jari sirip dorsal
|
D. XVII. 13
|
1.2
|
Jumlah
jari-jari sirip perut
|
V. I. 5
|
1.3
|
Jumlah
jari-jari sirip dada
|
P. 13 – 14
|
1.4
|
Jumlah
jari-jari sirip dubur
|
A. III. 10 –
11
|
1.5
|
Jumlah
jari-jari sirip ekor
|
C. II. 17 –
18
|
1.6
|
Jumlah Linea Lateralis (LL)
|
33 – 35
|
1.7
|
Lebar mata
(cm)
|
1,54 – 1,70
|
1.8
|
Panjang Total
(PT) (cm)
|
26,6 – 32,5
|
1.9
|
Panjang
Standar (PS) (cm)
|
20,6 – 26,5
|
1.10
|
Tinggi Badan
(TB) (cm)
|
9,7 – 11,0
|
1.11
|
Panjang
Standar/Tinggi Badan (PS/TB)
|
2,12 – 2,40
|
1.12
|
Warna
|
Merah dominan
|
II
|
Ketebalan Daging (cm)
|
4,75 – 4,90
|
III
|
Ratio Edible Portion (%) Larasati
dengan bobot 1.000 – 1.300 g
|
|
3.1
|
Berat daging
|
46,4 – 53,0
|
3.2
|
Berat tulang
|
7,1 – 8,0
|
3.3
|
Berat kepala
|
18,5 – 20,0
|
3.4
|
Berat ekor
|
1,7 – 1,8
|
3.5
|
Berat sisik
|
1,2 – 2,1
|
3.6
|
Berat sirip
|
4,1 – 5,6
|
3.7
|
Berat organ
dalam
|
14,4 – 16,1
|
IV
|
Deskripsi Larasati ukuran
konsumsi/dewasa
|
|
4.1
|
Warna
punggung
|
Merah orange
|
4.2
|
Warna perut
|
Putih
kemerahan
|
4.3
|
Warna
overculum
|
Kemerahan
|
4.4
|
Umur (hari)
|
130
|
4.5
|
Bobot
pembesaran di kolam air tenang (g)
|
560 – 620
|
4.6
|
Bobot
pembesaran di KJA selama 150 hari (g)
|
930,0 – 954,7
|
3.3. Pembenihan
Ikan Nila Larasati
Pembenihan ikan Nila Larasati di SATKER PBIAT Janti ini dilakukan
di kolam terbuka dan dikelolah dengan profesional. Ada pun hal-hal yang harus
dipersiakan dalam pembenihan ikan Nila Larasati sebagai berikut :
A.
SeleksiCalonInduk
Suyanto (2003), mengatakan bahwa ikan nila jantan mempunyai satu
buah lubang dipapilanya sedangkan untuk nila betina mempunyai dua buah lubang
pada. Selain perbedaan jenis kelamin, perbedaan yang mencolok yang dapat
dilihat adalah perbedaan warna.
Menurut (Khairuman
dan Amri, 2003), menyatakan bahwa untuk mendapatkan induk yang unggul dapat
dilakukan dengan seleksi masal dan seleksi individu.
Perbedaan antara induk ikan nila jantan dan
induk ikan nila betina dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina
(Sumber :
menurut Suyanto,1994)
Selain perbedaan jenis kelamin, perbedaan yang
mencolok yang dapat dilihat adalah perbedaan warna dimana untuk warna jantan
lebih gelap dibandingkan dengan warna betina (Suyanto,1994)
Menurut
Arie (2000), mengatakan bahwa perbandingan pemijahan untuk ikan nila yang ideal
adalah 1:3. Khairuman dan Amri (2003), mengatakan bahwa ciri-ciri calon induk
hasil seleksi yang baik adalah:
1.
Bentuk badan normal
2.
Sisik besar dan tersusun rapi
3.
Kepala relatif kecil dibandingkan dengan badan
4.
Badan tebal dan berwarna mengkilap (tidak kusam)
5.
Gerakan lincah
6.
Memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan
7.
Kondisi sehat
Pada SATKER PBIAT Janti calon induk yang dipilih adalah dari segi warna,
ukuran dan jenis kelamin. Dan warna yang sesuai dengan standar produksi di
SATKER PBIAT Janti adalah induk ikan yang berwarana putih mulus untuk induk
Jantan dan warna hitam untuk induk betina.
Ukuran induk yang dipilih adalah untuk jantan memiliki panjang
standar ≥ 25 cm dan bobot ≥ 250 gr, sedangkan untuk betina memiliki panjang
standar ≥ 22 cm dan bobot ≥ 200 gr.
Gambar 6. Proses Seleksi Calon Induk
B.
PersiapanInduk
1)
Pematangan Gonad
Untuk mendapatkan
induk ikanNilamatang
gonad yang akan digunakan untukkegiatanpemijahanharusmemperhatikanmenejemenpakan,
kesehatanikandankualitas air.
Pemberianpakanindukdilakukanpada pagi (± 09.00 WIB) &siang
(± 15.00WIB)hari.Pakan
yang diberikanberupapellet dengandosis 2%/hrdaribobotbiomasadengan
pellet yang sudahterdaftarataumemiliki
nomor registrasi DKP dan memiliki kandungan nutrisi sebagai berikut:
No.
|
JenisNutrisi
|
Kandungan (%)
|
1
|
Protein
|
min.
32,0
|
2
|
Lemak
|
min.
6,0
|
3
|
Seratkasar
|
maks.
4,5
|
4
|
Abu
|
maks.
11,0
|
5
|
Kadar air
|
maks.
12,0
|
Tabel 2. Jenis nutrisi dan jumlah kandungan
Pertahankan
ketinggian air baksekitar 100 cm, jika
permukaan air turunlakukan penambahan air pada pagi hari. Dan dilakukan pula pemantauankualitas air danhamapenyakitikansecararutin.
2)
SeleksiIndukMatang Gonad
Induk yang matang gonad memilikiciri berwarna merah pada kelaminnya baik induk betina maupun jantan.
Dan jika diurut mengeluarkan Sperma bagi induk jantan sedangkan pada induk
betina mengelurkan telur.
3.4
Pemijahan
(dikasih A.,?)
Sebelum melaksanakan pemijahan perlu
dipersiapkan alat dan bahan.
Alat : Bahan :
-
Ember
besar/blong plastik
- Induk Ikan Pandu Jantan
-
Skopnet
halus dan kasar- induk ikan kunti betina
-
Kalo
aluminium - Air
-
Waring
-
Hapa
penampung benih
-
Timbangan
-
Bak Sortir
-
Seser
Induk
-
Tongkat
pikulan
-
Bambu
-
Sarung
tangan
-
Ciduk
pakan
-
Timbangan
duduk
-
Penggaris
-
Bak
Sortir
-
Incubator
-
Saringan
santan
-
Saringan
teh
-
Sorok
lantai
-
Sikat
dinding
-
Kantong Plastik packing
-
Karet gelang
-
Tabung oksigen beserta selang dan regulator
-
Kalo Alumunium
-
Cangkul
A. SeleksiInduk
Pada pemijahan
sistem Ketekan dan Sapih Benih di SATKER PBIAT Janti, induk yang dipijahkan
berumur minimal enambulan.Dan menggunakan perbandingan jantan 1 : betina 3. Induk yang
dipilih adalah induk yang telah siap matang gonad.
B. PersiapanWadahPemijahan
Persiapan wadah adalah dengan membersihkan kolam
dengan cara membersihkan bagian dasar dan dindingkolam.
Setelah itu membilaskolampemijahandengan menggunakan air.
Setelah kegiatan pembersihan selesai dilakukan, saluran pengeluaran
ditutup kemudian kolam diisi air sampai ketinggian 120cm.
Selanjutnya induk dimasukan secara perlahan-lahan.
Berikut ini adalah Gambar kolam pemijahan ikan nila Larasati dengan ukuran 15 x 2,5 mdapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar
5. Kolam pemijahan
C. Proses Pemijahan
SetelahindukikanNiladiseleksiindukdipindahkankedalamkolampemijahan. Pemijahan yang dilakukan di SATKER PBIAT Janti yaitu secara alami.Pada SATKER PBIAT Jantimengunakan dua metode yaitu :
1)
Sistem Ketekan
Sistem
Ketekan atau sistem Janti merupakan asli sistem yang dicetuskan oleh SATKER
PBIAT Janti. Naman Ketekan ini diambil karena pada proses pemanenan, larva ikan
Nila dikeluarkan dari mulut induknya, dengan cara dibuka mulut induk
mengguanakan tangan.
Sistem ini mengunakan perbandingan 3:1
yaitu induk betina berjumlah 90 ekor dan induk jantan 30 ekor. Dipijahkan dalam
satu kolam dengan ukuran 15 x 2,5 m dan
kedalaman air 120 cm. Dan dalam kondisi air yang tenang. Waktu yang dibutuhkan
untuk memijah adalah 18 hari.Kemudiansetelah 18 hari larva dipanen.
Gambar 6.Panen sistem Ketekan
2)
Sistem Sapih Benih
Sistem
Sapih Benih adalah sistem yang biasa digunakan oleh kebanyakan petani ikan.
Sistem ini juga mengunakan perbandingan 3:1 tetapi berebeda dengan sistem
ketekan, sistem ini mengunakan induk ikan secara massal yaitu induk betina 300
ekor dan induk jantan 100 ekor. Dipijahkan dalam satu kolam dengan luas393 dan dalam kondisi air yang tenang.
Berbeda
dengan sistem Ketekan yang membutuhkan waktu panen
hingga 18 hari, pada sistem Sapih Benih ini setiap hari melakukan pemanenan
dengan cara menyeser larva setiap pagi hari yang muncul di permukaan air.
Gambar 7.Panen sistem SapihBenih
3.5.PenentasanTelur
Penetasanteluriniberlangsung
di incubator atautempatpenetasantelur.Telurditetaskanselama 5 sampai 7 hari.Ciritelurbagusberwarnakuningsedangkantelur
yang busukberwarnaputih.
Gambar 8. Bakpenetasantelur (incubator)
3.6 Persiapan Kolam Pendederan
A.Pendederan I
Kolam
pendederan terlebih dahulu diperbaiki kamalir dan pembersihan lumpur dengan
menggunakan cangkul. Keringkan kolam penedederan ± 3
hari hingga tanah terlihat retak-retak.
Kemudian
kolam yang sudah kering diberi kapur dengan dosis 50 – 100 gr/m2 .
Kemudian pasang saringan pada inlet dan outlet. Kolam diisiair dengan kedalaman
awal ± 20 cmpada outlet, biarkanselama ± 4 hariuntukmenumbuhkan plankton.Setelah
plankton tumbuh, kolam siap ditebari larva. Penambahan air dilakukan secara
bertahap sampaipanenhinggamencapaikedalaman 60 – 80 cm.
B. Pendederan
II
Kolam
pendederan terlebih dahulu diperbaiki kamalir dan pembersihan lumpur dengan
menggunakan cangkul. Keringkan kolam penedederan ± 3
hari hingga tanah terlihat retak-retak.
Kemudian pasang
saringan pada inlet dan outlet, kemudian kolam diisi 60-80 cm. Setelah kolam
diisi air, larva siap didederkan dari hasil pendederan I.
C.
Pendederan III
Kolam
pendederan terlebih dahulu diperbaiki kamalir dan pembersihan lumpur dengan
menggunakan cangkul. Keringkan kolam penedederan ± 3
hari hingga tanah terlihat retak-retak.
Kemudian pasang
saringan pada inlet dan outlet, kemudian kolam diisi 60-80 cm. Setelah kolam
diisi air, larva siap didederkan dari hasil pendederan II.
3.7 Pendederan
A.
Pendederan I
Larva
yang didederkan adalah larva yang berasal dari panen ketekan dan penetasan dari
bak incubator. Sebelum larva ditebar larva terlebih dahulu dihitung denagan
menggunakan takaran, berupa saringan teh. Satu takaran saringan teh berjumlah
4.000 larva.
Larva
yang didederkan adalah larva yang berukuran 1-3cm dan 3-5 cm.
Setelah
dihitung larva dibawa menggunakan ember dan dilakukan aklimatisasi. Penebaran
larva dilakukan didekat intlet pada pagi hari dengan kepadatan 100-150 ekor/m2Larva
tidak diberi pakan butan selama lima hari. Selama tidak diberi pakan buatan,
larva hanya memakan plankton.
Setelah
larva berumur lebih dari lima hari, larva baru diberi pakan berupa pelet yang
dihaluskan denagn dosis 30%/hrdaribobotbiomasa. Pemberian pakan ini dilakukan
pada pagi hari (± 09.00 WIB) &Sore (± 15.00 WIB)hari.
B.
Pendederan II
Pendederan
yang dilakukan adalah larva yang berukuran 3-5 cm hingga berukuran 5-8 cm.
Pendederan
ini dipindahkan menggunakan blong dan dimasukan kedalam kolam dengan posisi
miring dan dilakuakan proses aklimatisasi. Penebaran larva dilakukan didekat
intlet pada pagi hari dengan kepadatan 50-100 ekor/m2
larva baru
diberi pakan berupa pelet yang dihaluskan dengan dosis 20%/hrdaribobotbiomasa. Pemberian pakan ini dilakukan pada pagi hari (± 09.00 WIB) &Sore (± 15.00 WIB)hari.
D.
Pendederan III
Pendederan yang
dilakukan adalah larva yang berukuran 5-8 cm hingga berukuran 8-12
cm.Pendederan ini dipindahkan menggunakan blong dan dimasukan kedalam kolam
dengan posisi miring dan dilakuakan proses aklimatisasi. Penebaran larva
dilakukan didekat intlet pada pagi hari dengan kepadatan 25-50 ekor/m2.
Larva baru diberi pakan berupa pelet yang dihaluskan dengan dosis 10%/hrdaribobotbiomasa. Pemberian pakan ini dilakukan pada pagi hari (± 09.00 WIB) &
Sore (± 15.00 WIB)hari.
3.8 Panen Benih
Panen benih dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07:00 – 09:00 WIB.Hal
ini bertujuan agar benih ikan tidak
mengalami stres dan mengalami kematian.
Sebelum melakukan pemanenan maka terlebih dahulu memasang saringan di
depan pintu outlet dan menurunkan ketinggian air.
Setelah ketinggian air mencapai
40 cm pada outlet ditutup dengan menggunakan waring. Kemudian bersihkan kamalir
dari lumpur dan benih ikan dikumpulkan kedalam kemalir, setelah ikan terkumpul,
waring pada pintu outlet dibiarkan terbuka agar air dapat mengalir
keluar.Kemudian benih ikan yang terkumpul pada saringan diambil menggunakan
seser dan dipindahkan ke bak seleksi (breeding) dengan menggunakan ember blong.
Benih yang telah terkumpul di bak seleksi (breeding) kemudian disortir menurut ukurannya masing-masing diantaranya ukuran 2-3,3-5,4-6,5-7,7-9,8-12.
Gambar 9. Sortir benih menurut ukuran
Setelah itu
benih disampling dengan menggunakan timbangan.Benih yang sudah disampling di
berok sesuai ukuran selama 1-2 hari sebelum dipasarkan.Pemberian pakan tetap
dilakukan apabila benih tidak segera terjual.Pemberian pakan ini dilakukan pada pagi hari (± 09.00 WIB) &Sore
(± 15.00 WIB)hari.Dengan dosis
1-2 % dari bobot biomasa.
3.9 Penjualan, Pengemasan dan Distribusi
Untuk menjamin kelancaran penjualan benih ikan Nila maka dilakukan
pengemasan dan pendistribusian benih ikan Nila dengan sehat sampai tempat
tujuan.
A.
Penjualan
Pada SATKER PBIAT Janti melakukan penjualan dan
mendistribusikan benih ikan Nila pada hari Rabu dan hari Sabtu.Penjualan ikan Nila Larasati di SATKER PBIAT
Janti dikirim ke pasaran dengan kisaran harga sebagai berikut:
UKURAN
|
HARGA
|
1 – 3 cm
|
Rp. 39
|
3 – 5 cm
|
Rp. 50
|
5 – 8 cm
|
Rp. 72
|
Tabel
3. Daftar harga benih Larasati
B.
Pengemasan
Pengemasan ini menggunakan kantong plastik berukuran 10 kg (60 cm × 40
cm) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Ø
Mula-mula pindahkan benih ikan Nila dari kolam penampungan ke dalam bak
grading di bangsal penjualan, sesuai dengan ukuran benih.
Ø
Ikan Nila yang akan dikemas terlebih dahulu disampling sesuai denganukuran
benih yang akan dijual.
Ø
Isi
kantong plastik dengan air 1/3 bagian.
Ø
Timbang
benih sesuai jumlah yang dipesan.
Ø
Masukkan
benih ikan ke dalam kantong plastik sesuai dengan ukuran.
Ø
Masukkan
oksigen menggunakan selang sampai 2/3 bagian.
Ø
Ikat
kantong plastik dengan karet gelang.
C.
Distribusi
Setelah
benih dikemas, benih siap didistribusikan menggunakan alat transportasi dengan suhu air
± 25 oC.
Gambar 10. Pendistribusian benih ikan Nila Larasati
BAB IV
PENUTUP
4.1.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
1) SATKER BPIAT sangatmembantu kami
dalammelakukanPraktikKerjaLapangan (PKL) sehingga kami biasmengambilbanyakpelajarandanpengalamansertamemberikangambarandalamduniapekerjaan.
2) IkanNilaLarasatiadalahikan yang
mudahuntukdipijahkanmulaidaripemeliharaaninduk, tahanterhadappenyakit,
pertumbuhancepat, selainitudalampemijahannyajugasecaraalami, proses perawatan
larva yang relative mudah, sertapemasaran yang
mudahkarenaikaninibanyakdigemariolehmasyarakat.
B.
SARAN
1) Kurangnyapersiapandaripihaksiswa
2) Siswasebaiknyalebihmepersiapkandiribaiksecara
mental ataupunsecarapengetahuankarenasiswadituntutbekerjadenganbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Arie, 1999.
Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Nila Gift. Penebar Swadaya.Jakarta.
Amri Khairul dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. AgroMedia Pustaka.
Jakarta.
Suyanto, R.
Nila. 2003. Penebar Swadaya Jakarta. Hal: 41-62.
http://satkerpbiatjanti.wordpress.comdiaksespada 30 Juni 2013.
http://memajukanperikananjawatengah.wordpress.com diakses pada 30 Juni 2013 .