Selasa, 18 Desember 2012

pemijahan lele dumbo

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SECARA INDUCED BREEDING DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KABUPATEN SEKADAU.
 
 
1.      PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan, baik di wilayah perairan tawar (darat), payau maupun perairan laut. Hal ini didukung oleh potensi perairan umum yang begitu luas dan belum dimanfaatkan untuk usaha perikanan secara optimal. Provinsi Kalimantan Barat salah satunya yang memiliki potensi yang baik bagi pengembangan usaha budidaya perikanan, khususnya air tawar.
            Ikan lele merupakan salah satu komoditas air tawar yang memiliki daya serap pasar yang tinggi, bila potensi tersebut dimanfaatkan secara optimal dan benar, maka
akan dapat meningkatkan pendapatan petani ikan, membuka lapangan kerja, memanfaatkan daerah potensial, meningkatkan produktifitas perikanan, meningkatkan devisa Negara, serta membatu menjaga kelestarian sumberdaya hayati. Ikan lele mempunyai kelebihan dan keunggulan yang khas, bila dibandingkan dengan ikan air tawar yang lainnya, yaitu pemeliharaan yang murah, mudah, serta dapat hidup di air yang kurang baik, cepat besar dalam waktu yang relative singkat, kandungan gizi yang tinggi dalam setiap ekornya, juga memiliki rasa daging yang khas dan lezat yang tidak terdapat pada ikan lainnya.
            Dalam hal ini, maka untuk terus dapat menyediakan pasokan ikan lele, kegiatan pemijahan merupakan salah satu jalan yang dapat dilakukan. Berdasarkan hal inilah penulis mengambil judul “Teknik Pemijahan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) secara induced breeding di Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Sekadau.
            Ada beberapa metode pemijahan ikan, yaitu alami, semi intensif, dan intensif. Dalam hal ini pemijahan dilakukan secara intensif, yaitu dengan menggunakan rangsangan hormone yang kemudian pembuahan telur dilakukan secara streeping, metode ini dikenal dengan induced breeding.
            Keberhasilan pemijahan sangat ditentukan oleh tingkat kematangan gonad. Oleh karenanya, induk yang akan dipijahkan sebelumnya dilakukan seleksi terlebih dahulu untuk menentukan induk yang benar-benar siap untuk dipijahkan agar benih yang dihasilkan berkualitas.
1.2  Pembatasan Masalah
            Dalam kegiatan praktek kerja lapangan ini, batasan masalah yang akan difokuskan pada teknik pemijahan ikan lele yaitu meliputi :
1.      Persiapan wadah
2.      Seleksi induk
3.      Pemberokan
4.      Proses pemijahan
5.      Penetasan telur
6.      Perawatan larva
1.3  Tujuan
            Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemijahan ikan lele di Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Sekadau.
1.4  Manfaat
            Manfaat yang di dapat dari kegiatan ini adalah dapat mengetahui langsung serta meningkatkan keterampilan dilapangan tentang teknik pemijahan ikan lele dan mengetahui kendala-kendala apa saja yang akan dihadapi.


2.      TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Klasifikasi dan Morfologi
            Berdasarkan klasifikasi menurut taksonominya, ikan lele yang dikemukakan oleh Suyanto (2002) adalah sebagai berikut:
Phyllum                       : Chordatan
      Sub Phyllum                : Vetebrata
           Class                            : Pisces
               Sub Class                    : Teleostei
                   Ordo                            : Ostariophysi
                        Sub Ordo                      : Siluroidae
                             Family                            : Clarridae
                                    Genus                            : Clarias
                                        Spesies                            : Clarias gariepinus
Menurut Sarwono (2008), ikan lele dumbo meiliki ciri-ciri bentuk tubuh yang memanjang agak silindris (membulat) dibagian depan dan mengecil dibagian ekornya, kulitnya ridak memiliki sisik, berlendir, dan licin sehingga sulit saat di tangkap meggunakan tangan. Diatas rongga insang terdapat selaput alat pernapasan tambahan (labirin) yang memungkinkan lele dumbo dapat mengambil oksigen langsung dari udara.
Lele dumbo memiliki 5 (lima) buah sirip yang terdiri dari sirip pasang (ganda) dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral) dan sirip perut (ventral). Sedangkan yang tunggal adalah sirip punggung (dorsal), ekor (caudal) serta sirip dubur (anal). Pada sirip dada dilengkapi dengan pati dan taji beracun. Jika dibandingkan lele local, patil lele dumbo lebih pendek dan tumpul. Selain memiliki kemampuan dapat meloloskan diri pada kolam perairan dengan cara melompat, ikan lele dumbo juga mampu melakukan gerakan zig-zag diatas tanah tanpa air dalam waktu yang cukup lama asalkan tanah dalam keadaan lembab (Santoso, 2003).

            Lele dumbo memiliki sungut yang berada disekitar mulut. Sungut ini berjumlah 8 buah atau 4 pasang. Sungut berfungsi untuk mengenal mangsanya, lele dumbo juga dapat mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan (tentakel) dengan menggerakan salah satu sungutnya (Santoso, 2003). Secara umum, ikan lele dumbo dapat dilihat seperti Gambar 1 dibawah ini :
Gambar 1. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
2.2  Habitat dan Tingkah Laku
            Semua perairan tawar dapat menjadi lingkungan hidup atau habitat lele dumbo, seperti waduk, bendungan, danau, rawa, atau genangan air tawar lainnya. Namun, lele dumbo juga dapat ditemukan di sungai yang arus airnya tidak terlalu deras, sehingga lele dumbo ini dapat dikatakan lebih menyukai perairan yang arusnya lamban, lele dumbo kurang menyukai perairan yang berarus deras (Bachtiar, 1995).
            Ikan lele dumbo sangat toleran terhadap suhu yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 20oC - 35oC dan dapat hidup diperairan yang kondisi lingkungannya sangat jelek. Ikan lele dumbo dapat mengambil oksigen dengan cara melakukan pertukaran gas yang terjadi melalui organ aboresent yang terletak dalam ruang atas insang. Oleh sebab itu, ikan lele memiliki kemampuan bernafas dengan udara secara langsung yang memungkinkan ikan lele dapat bertahan hidup didalam lumpur pada musim kemarau (Santoso, 1995).
            Ikan lele dumbo terkenal dengan sifat nocturnalnya yaitu aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari ikan lele ini jarang menampakan diri dan lebih menyukai tempat yang gelap dan sejuk. Namun kebiasaan ini dapat diubah dengan dibiasakannya memelihara dikolam-kolam, dimana pemberian pakannya diberikan pada siang hari (Santoso, 1995). Pada waktu siang hari, ikan lele lebih menyukai bersembunyi dibalik batu, lubang dan rumput-rumput yang ada didasar perairan, dan karena aktif pada malam hari maka mata ikan lele ini tidak terlalu berperan penting. Sedangkan organ-organ yang berperan penting adalah pembau yang berupa sungut-sungut yang berada disekitar mulutnya.
2.3  Perkembangbiakan
Dalam hal pemijahan ikan lele bukanlah musiman sepeti halnya ikan patin ataupun ikan bawal. Ikan lele dapat memijah dalam sepanjang tahun. Apabila pemberian pakan tambahan sangat cukup, maka ikan lele dumbo dapat berpijah selama 6-8 minggu. Ikan lele dumbo ini tergolong ikan yang cepat besar, apabila akan dipijahkan ikan lele dumbo ini harus memiliki berat badan minimal 600 - 700 gram, dan umurnya harus diatas 1 tahun. Ikan lele dumbo ini akan mencapai dewasa setelah berumur 2-3 tahun dan akan mulai memijah selama musim hujan sampai dengan akhir musim hujan (Susanto, 2002). Adapun perbedaaan induk jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini
Tabel 1. Ciri-ciri induk ikan lele dumbo
Jantan
Betina
-          kepala lebih kecil
-          warna kulit dada tua (gelap)
-          urogenital agak menonjol, memanjang kearah belakang dan bewarna kemerahan
-          perut labih langsing dan kenyal
-          gerakannya lincah (agresif)
-          jika di striping mengeluarkan cairan putih (sperma)
-          kepala lebih besar
-          warna kulit dada agak kurang
-          urogenital berbentuk oval dan berwana kemerahan
-          perut lebih gemuk dan lunak
-          gerakan lambat jika di striping mengeluarkan cairan kekuning-kunigan (telur)
Sumber : Anonym, (2006)
            Biasanya ikan lele yang akan memijah mencari tempat untuk meletakan telur-telurnya yaitu substrat yang berupa batu-batuan, rumput atau ranting kayu yang tenggelam dalam air yang kedalamannya sekitar 10 cm dengan arus yang tidak terlalu deras atau tenang. Pemijahan ikan lele berlangsung selama beberapa jam saja, dimana induk betina akan memulai mengeluarkan dan meletakan telur-telurnya pada substrat dalam beberapa kelompok, kemudian diikuti oleh keluarnya sperma dari lele jantan menyatu pada telur-telur tersebut. Setelah telur dan sperma tercampur ikan betina mengibaskan ekornya agar telur-telur tersebut merata pada substrat yang ada disekitar (Susanto, 2002).
2.4  Pakan dan Kebiasaan Makan
            Ketika dipelihara atau dibudidayakan dikolam, Lele dumbo juga dapat diberipakan bangkai dari limbah peternakan atau diberi pakan buatan seperti pellet. Lele dumbo merupakan ikan yang sangat responsif terhadap pakan. Artinya, hampir semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan sehari-hari akan disantap dengan lahap. Itulah sebabnya ikan ini cepat besar (bongsor) dalam masa yang singkat. Keunggulan ini dimanfaatkan para pembudidaya ikan lele dumbo dengan memberikan pakan yang mengandung nutrisi tinggi untuk menggenjot laju pertumbuhannya. Harapannya dalam waktu yang relatif singkat lele dumbo sudah bisa dipanen dan dipasarkan sebagai ikan konsumsi (Khairuman, 2002).
            Menurut Mahyuddin (2008), lele mempunyai kebiasaan makan didasar perairan atau kolam. Berdasarkan jenis pakannya lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, Lele memakan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik, serangga air, kutu air. Karena bersifat karnivora pakan yang baik untuk ikan lele adalah pakan tambahan yang mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati, pertumbuhan akan lambat. Lele bersifat kanibalisme, yaitu suka memakan jenis sendiri. Jika kekurangan pakan ikan ini tidak segan-segan untuk memakan atau memangsa kawannya sendiri yang berukuran lebih kecil
2.5  Kualitas Air
Air merupakan faktor terpenting dalam budidaya ikan. Bukan hanya lele, ikan-ikan lain pun untuk hidup dan berkembang biak memerlukan air. Tanpa air ikan tidak akan dapat hidup. Karenanya, kualitas air harus di perhatikan agar kegiatan budidaya berjalan sesuai dengan yang di harapkan. Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan lele. Variabel tersebut dapat berupa sifat fisika, kimia, dan biologi air. Sifat-sifat fisika air meliputi suhu, kekeruhan, dan warna air. Sifat kimia air adalah kandungan oksigen (O2), karbondioksida (CO2), pH (derajat keasaman), amoniak (NH­3), dan alkalinitas. Sifat bilologi meliputi plankton yang hidup disuatu perairan (Khairuman dan Amri, 2002). Berikut tabel parameter kualitas air :
Tabel 2. Parameter kualitas air
No
Parameter
Kisaran
Alat yang digunakan
1.
Suhu
25 – 32˚C
Thermometer
2.
DO
5 – 7 ppm
DO meter
3.
Ph
6 – 8
Ph meter
4.
Kecerahan
15-30 Cm
Secchidish
Sumber : Anonym (2006)
2.6  Teknik Pemijahan
Masalah utama pembenihan lele dumbo adalah ketersediaan air yang cukup dan berkualitas baik. Pemijahan lele dumbo harus menggunakan air bersih dan tidak tercemar bahan beracun baik air hujan, air irigasi, maupun air tanah dari mata air atau sumur. Di alam, lele dumbo aktif berpijah di pinggiran sungai selama musim hujan. Untuk itu faktor utama yang di perhatikan dalam usaha pembenihan adalah sebagai berikut. 
2.6.1        Seleksi induk
Seleksi induk bertujuan untuk meningkatkan mutu agar menghasilkan benih yang berkualitas, sifat-sifat induk yang telah diseleksi diharapkan dapat mewariskan keturunannya (Sutisna dan Sutarmanto, 2006). Induk betina yang sudah matang memiliki ciri-ciri perut gendut, jika diraba terasa lembek, dan bagian duburnya tampak kemerahan. Sementara itu ciri-ciri induk jantan adalah jika diurut kearah ekor akan keluar cairan putih (sperma) (Anonym, 2008).
2.6.2        Penyuntikan
Pasangan induk lele dumbo yang cocok dan telah matang kelamin akan segera memijah setelah di masukkan ke dalam kolam pemijahan. Biasanya ikan lele dumbo berpijah pada tengan malam menjelang pagi yakni sekitar pukul 07.00-04.00 tetapi proses pemijahan tersebut kadang-kadang mundur sampai sehari lebih (24-36 jam).
Hormon yang digunakan untuk merangsang lele dumbo agar memijah adalah hormon alamiah (dari kelenjar hipofisa) dan hormon buatan. Hormon yang di ambil dari kelenjar hipofisa yang teletak di bagian bawah otak kecil ikan. Kelenjar hipofisa ini hanya sebesar butir kacang hijau bahkan lebih kecil (Khairuman, 2002).
2.6.3        Streeping dan pembuahan
Menurut Arie dkk. (2006), setelah 10-12 jam dari penyuntikan, induk betina siap di streeping (pengurutan telur kearah kelamin). Sebelum melakukan streeping pada induk betina, terlebih dahulu menyiapkan sperma jantan. Pengambilan sperma jantan dengan cara membedah perut induk jantan dan mengambil kantong sperma dengan cara mengunting. Selanjutnya sperma di tampung di gelas yang sudah diisi dengan NaCl aduk hingga merata. Setelah sperma jantan di siapkan, kemudian dilakukan pengurutan induk betina. Langkah-langkah pembuhan telur sebagai berikut: telur di tampung dalam baskom plastik, kemudian masukan larutan sperma sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai merata, telur yang sudah terbuahi dibilas dengan untuk mencuci telur yang kotor.
2.6.4        Penetasan telur
Menurut Susanto (2005), telur yang dikeluarkan pasangan induk ini biasanya melekat pada ijuk dan sebagian besar berserakkan di sarang dasar. Diameter telur berkisar antara 1.3-1.6 mm dan akan menetas selama 1-2 hari selama 2-3 hari telur biasanya akan menetas seluruhnya. Begitu proses pemijahan selesai antara jam 05.00-06.00 pagi  kakaban harus segera di angkat dan di pindahkan ke dalam kolam penetasan.
Untuk menghindari tumbuhnya jamur, kakaban yang sudah berisi telur tersebut sebaiknya di rendam terlebih dahulu, karena sifat telur lele menempel maka perlu kakaban. Selama proses penetasan telur usahakan sirkulasi air berjalan dengan baik dan air yang masuk lewat pemasukkan berjalan secara perlahan-lahan (Susanto, 2005).
2.6.5        Perawatan Larva
Setelah telur menetas semua waktu 2-3 hari selanjutnya mengangkat kakaban di dalam hapa satu persatu pengangkatan harus hati-hati agar kualitas air tetap terjaga. Larva yang baru menetas belum perlu di beri makanan. Sebab masih mempunyai makanan cadangan berupa kuning telur. Dengan perawatan dan makanan yang baik dalam tempo 1 bulan benih lele dapat tumbuh hingga mencapai 3-5 cm. Tahap pemberian pakan larva dapat dilihat pada Tabel 3. Pekerjaan pokok perawatan lele adalah membersihkan telur, siphonisasi, cangkang dan telur busuk, dan mempertahankan konsentrasi oksigen pada suhu optimal.
Tabel 3. Tahap pemberian makanan larva
No
Umur
Makanan yang di berikan
Keterangan
1.
0-3 hari
Belum di beri makanan karena masih ada kuning telur
2.
4-6 hari
Kuning telur di rebus
Di larutkan
3.
7-14 hari
Rotifera, kutu air (disaring)
4.
15-30 hari
Kutu air, jentik nyamuk hidup, cacing rambut
Sumber : Santoso (2005)
2.6.6        Pemanenan larva
Sebelum dilakukan pemanenan larva ikan, terlebih dahulu siapkan  alat-alat yang akan digunakan seperti ember, Sesser, jarring halus atau happa sebagai penyimpan benih sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari- bak agar benih tidak terbawa arus. Panen larva di mulai pada pagi hari, yaitu antara jam 05.00-06.00 pagi dan sebaiknya berakhir tidak boleh lewat dari jam 09.00 pagi. Hal ini di maksudkan untuk menghindari teriknya matahari yang menyebabkan larva strees. Pemanenan mula-mula dilakukan dengan menyurutkan air dalam bak secara perlahan-lahan. Setelah air surut larva mulai ditangkap dengan seser atau jarring halus dan ditampung dalam ember (Suseno 1999).
3.      METODELOGI
3.1  Waktu dan Tempat
            Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) II ini dilaksanakan pada16 Januari sampai dengan 27 Januari 2011.berlokasi di Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat yang akan dimulai dari tanggal
3.1  Objek PKL
            Objek PKL yang diambil adalah semua hal yang berhubungan dengan Teknik Pemijahan Ikan Lele Dumbo di BBI Skadau, meliputi persiapan wadah, pemeliharaan dan seleksi induk, pemberokan, proses pemijahan, penetasan telur dan perawatan larva.
3.2  Metode Pengambilan Data
            Metode pengambilan data merupakan suatu cara untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan suatu karya ilmiah atau laporan. Metode yang digunakan berupa metode deskriptif. Jenis yang diambil berupa data promer dan data sekunder.
3.2.1        Data primer
Data primer adalah data pokok yang diambil secara langsung di lapangan. Teknik pengambilan data primer adalah pemngambilan data yang dilakukan dengan pengamatan atau observasi langsung di lapangan, wawancara, serta partisipasi langsung mengenai aktivitas di lapangan.
Dalam pengumpulan data primer dapat mempergunakan metode-metode antara lain, pengamatan atau observasi langsung di lapangan, yaitu berbagai kegiatan pengamatan yang dilakukan meliputi berbagai jenis objek yang diamati di lokasi, wawancara yaitu kegiatan untuk memperoleh informasi dari narasumber di lapangan yang dinilai dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan laporan atau penelitian dimana proses wawacara dilakukan langsung dengan teknisi yang mengelola serta partisipasi dan aktivitas adalah adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan dalam suatu kegiatan di lapangan meliputi kegiatan oprasional.
Parameter utama yang diamati untuk dijadikan sebagai data primer dalam kegiatan pemijahan ikan lele adalah sebagai berikut :
3.3.1.1. Persiapan wadah
Untuk melakukan pemijahan diperlukan persiapan wadah atau media seperti yang terdapat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Pengambilan data persiapan wadah
No
Uraian
Cara Pengambilan Data
1
Menentukan jenis wadah yang digunakan
Mengindentifikasai jenis wadah yang digunakan dengan cara observasi dan partisipasi di lapangan.
2
Ukuran
Mengukur luasan media dengan menggunakan meteran.
3
Pembersihan wadah
Membersihkan bak dengan cara menyikat wadah yang akan digunakan
4
Pemasangan happa
memasang happa sebagai tmpat penetasan telur dan perawatan larva
3.3.1.2. Seleksi induk
Data yang diambil sehubungan dengan seleksi induk meliputi :
Tabel 5. Pengambilan data seleksi induk
No
Uraian
Cara Pengambilan Data
1
Umur
-          Mengidentifikasi umur induk dengan cara mewawancarai teknisi.
-          Mewawancarai teknisinmengenai lama pemeliharaan induk di loksai tersebut
2
Ukuran induk
-          Mengidentifikasi berat induk dengan cara menimbang induk menggunakan timbangan
-          Mengidentifikasi panjang induk dengan cara mengukur menggunakan penggaris
3
Asal
-          Mengidentifikasi asal induk melalui wawancara denga teknisi untuk mengetahui dari mana asal induk yang ada di lokasi
4
Tingkat kematangan gonad
-          Mengidentifikasi tingkat kematangan gonad dengan cara melihat cirri-ciri fisik atau alat kelamin, melihat gerakannya dan wawancara
5
Waktu pemijahan
-          Untuk mengetahui waktu pemijahan dilakukan wawancara denga teknisi
3.3.1.3. Pemberokan
              Data untuk melakukan pemberokan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Pengambilan data pemberokan
No
Uraian
Cara pengambilan data
1              
2
Tujuan             
Perlakuan dan waktu
Pengambilan data dengan cara wawancara.
Pengambilan data dengan wawancara dan partisipasi langsung.

3.3.1.4. Proses pemijahan
Pada proses pemijahan dilakukan beberapa tahap, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Pengambilan data proses pemijahan
No
Uraian
Cara Pengambilan Data
1
2
3
4
5
6
Perbandingan induk betina
Dosis penyuntikan
Waktu dan tahapan penyuntikan hormone
Pengeluaran telur dan sperma
Pembuahan
fekunditas
Partisipasi dengan menentukan jumlah perbandingan induk jantan dan betina yang akan dipijahkan.
Wawancara dengan teknisi dan disesuaikan dangan literature
berpartisipasi dalam menghitung dosis hormone
Dengan cara berpartisipasi dalam tahap penyuntikan dan menentukan waktu penyuntikannya.
Partisipasi dalam pengeluaran telur dengan cara distriping dan pengeluaran sperma dengan cara membedah induk jantan
Partisipasi dalam mencampur telur dengan cara diaduk menggunakan bulu ayam.
Partisipasi dalam menghitung jumlah telur dengan melakukan sampling dengan cara mengalikan jumlah telur sampel dengan total telur.
3.3.1.5. Penetasan telur
Pada penetasan telur data-data yang di ambil dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Pengambilan data penetasan telur
No
Uraian
Cara Pengambilan Data
1
2
3
4
Waktu penetasan
Suhu air
pH air
Hatching Rate (HR)
Dengan cara menghitung rentang waktu dari pembuahan hingga telur menetas.
Mengukur dan mencatat suhu air pada bak penetasan telur dengan menggunakan alat termometer.
Mengukur dan mencatat pH air pada bak penetasan telur dengan menggunakan alat pH meter.
Menghitung dan mencatat jumlah telur yang menetas dengan melakukan sampling pada telur larva.
3.3.1.6. Perawatan larva
              Telur yang menetas dikenal dengan sebutan larva. Data yang akan diambil pada proses perawatan larva adalah sebagai berikut :
Tabel 9. Pengambilan data perawat larva
No
Uraian
Cara Pengambilan Data
1
2
3
4
5
Jenis, dosis, frekuensi dan cara pemberian pakan
Suhu
pH
sampling
Survival Rate (SR)
Wawancara dengan teknisi dan partisipasi melakukan pemberian pakan.
Mengukur dan mencatat suhu air pada bak parawatan larva dengan menggunakan termometer.
Mengukur dan mencatat pH air menggunakan pHmeter.
Partisipasi melakukan dan menghitung sampling larva
Dilakukan dengan membandingkan jumlah larva yang hidup pada waktu tertentu.
3.3.2        Data skunder
Data skunder adalah data yang sifatnya mendukung data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil studi literature untuk melengkapi data primer. Pengambilan data skunder dilakukan dengan cara mengutip atau menjadikan buku literature sebagai pelengkap data primer serta sebagai studi banding dan pengamatan. Data yang diperoleh dari buku yang menjadi literature sebagai penunjang, biasanya dalam bentuk gambar, table dan kutipan pernyataan seorang penulis buku tersebut. Adapun data skunder yang diambil dapat dilihat pada Tebel 10 berikut :
Table 10. Pengambilan data sekunder
No
Uraian
Cara Pengambilan Data
1
2
3
Sejarah berdirinya lokasi
Struktur organisasi
Letak administratif
Sarana dan prasarana
Data diambil dengan melakukan wawancara dengan teknisi kemudian mencatat hasil wawancara.
Data diambil dengan melakukan wawancara dengan teknisi kemudian mencatat hasil wawancara.
Data diambil dengan melakukan wawancara dengan teknisi kemudian mencatat hasil wawancara.
Data diambil dengan cara mengamati dan mengindentifikasi sarana dan prasarana serta melakukan wawancara dengan teknisi
3.3  Analisa Data
            Analisa dilakukan berdasaran analisa data kualitatif yang merujuk pada data, yang terdiri dari deskripsi kaya dengan mengklasifikasikan, dan menafsirkan maknanya dalam kontek masalah yang teliti. Selanjutnya juga dikatakan dengan analisa kulitatif, bukan berarti tidak ada angka-angka, hanya saja angka-angka yang digunakan itu bukan merupakan hasil perhitungan statistic, melainkan tabulasi-tabulasi data saja, jika memang data tersebut mengharuskan untuk ditabulasikan dalam betuk angka-angka guna mempermudah dalam membaca.
            Metode kuantitatif didefinisikan sebagai penelitian yang menghasilkan data kualitatif (angka-angka statistic) atau pengkodean yang dapat dikuantifikasi dan menekankan pada hal-hal dan fakta-fakta yag nyata. (http://www.skripsi-tesis.com/07/05/metode-kuantitatif-pdf-doc.htm 08 Januari 2011)
               Analisa data yang di ambil meliputi:
3.3.1        Fekunditas
            Fekunditas adalah jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina per ekor, sedangkan fekunditas nisbi adalah jumlah telur yang dihasilkan induk betina per satuan berat badan. Menurut Murtidjo (2001) fekunditas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
W
F=                                      x n
w
                 

Keterangan :
F  = Jumlah total telur (F)
W = Berat telur total (g)
w = Berat telur sampel (g)
n = Jumlah total telur yang dihitung saat sampling (butir)
3.3.2        Hatching rate (HR)
Hatching rate (HR) adalah daya tetas telur atau jumlah telur yang menetas. Untuk mendapatkan HR sebelumnya dilakukan sampling larva untuk mendapatkn jumlah larva, Menurut Murtidjo (2001), HR dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini :
      Jumlah telur yang menetas (ekor)
HR =                                                           X 100%             
      Jumlah telur yang terbuahi
4.      HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Keadaan Umum Lokasi
4.1.1        Letak Geografis  
Balai Benih Ikan (BBI) Sekadau adalah salah satu tempat dilaksanakannya kegiatan pembenihan yang ada di Kabupaten Sekadau untuk menghasilkan benih yang unggul dan sekaligus dijadikan tempat pelatihan atau penyuluhan bagi kelompok tani.
Praktek Kerja Lapangan II ini dilakukan di Balai Benih Ikan (BBI) Kemawan Jl Sintang di KM 7 dari pusat kota Kabupaten Sekadau dengan luas lahan ± 5 hektar dan terdiri dari 34 kolam yang berjarak 1.250 m dari jalan raya Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat. Dengan keadaan alamnya beriklim tropis, dan berdasarkan musimnya ada dua musim yaitu penghujan dan musim kemarau.
Keadaan alam di sekitar lokasi BBI Sekadau cukup menunjang untuk usaha budidaya perikanan, karena jauh dari pencemaran industry dan sumber airnya merupakan aliran air dari pegunungan / perbukitan.
4.1.2        Sejarah Berdirinya  
Balai Benih Ikan (BBI) Kemawan Kabupaten Sekadau berdiri pada tahun 2006 dikelola oleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sekadau yang dipimpin oleh Bapak Drs. A. Ardianto. G M. Si.
 Balai Benih Ikan tersebut memiliki luas area 5 Ha. Walaupun lokasi BBI berada jauh dari kota, tetapi banyak konsumen yang datang untuk membeli ikan, baik yang berukuran benih maupun yang  berukuran konsumsi.
Tugas dan fungsi Balai Benih Ikan Kemawan Kabupaten Sekadau adalah sebagai berikut :
a.       Sebagai tempat kegiatan praktek (magang) untuk mahasiswa dan siswa
b.      Pusat pelatihan atau penyuluhan kelompok tani
c.       Untuk kegiatan budidaya dan mengasilkan benih yang unggul
Lahan yang dimiliki BBI Kemawan terdiri dari 32 kolam yaitu kolam pendederan, kolam pembesaran, kolam pemeliharaan induk, bangunan hatcery, gudang pakan, ruang penerangan/listrik, mess, rumah karyawan, aula tempat pelatihan, dan kantor BBI Kemawan.
4.1.3        Struktur Organisasi
Balai Benih Ikan Sekadau terletak dibawah Dinas Pertanian, Perikanan Kab. Sekadau. Adapun struktur organisasi terdapat pada Gambar 2.
Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan
Kabupaten Sekadau
Teknisi Lapangan
Bendahara
Koordinator Lapangan
Kepala Bidang
Perikanan
 
Gambar 2. Struktur organisasi BBI Sekadau
Keterangan :
Kepala Dinas                          : Drs. A. Ardianto, G. M. Si
Kepala Bidang                                    : Dede Sunardi, A.Md
Koordinator Lapangan          : Iwan Supardi, S.Pi
Bendahara                              : Eka Purnekasari
Teknisi Lapangan                  
1.      Mugimin, S.Pi                     
2.      Mochtar
3.      Kurniadi Indriawan
4.      M. Hatta
5.      Syahroni
6.      Saharudin
7.      Hayatull
8.      Arif Rohman,A.Md.Pi
9.      Andreas piter
4.1.4        Sarana dan Prasarana
BBI Sekadau dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung untuk syarat pembenihan dan administratif. Adapun sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Sarana dan Prasarana BBI Kemawan Kabupaten Sekadau
No
Jenis
Spesifikasi
Jumlah
Fungsi
1
Akuarium
89 x 33 x 44 cm
4
Sebagai wadah penetasan telur dan perawatan larva
2
Bak pemijahan
- Beton
- Fiber bulat
2 x 2 x 0,5 m
1,5 ton
5
2
Sebagai wadah pemijahan
3
Bak inkubasi
1,5 ton
2
Sebagai wadah inkubasi telur
4
Bak perawatan larva
2 x 2 x 0,5 m
2
Sebagai wadah perawatan larva
5
Bak penampungan air
2 x 2 x 0,5 m
1
Sebagai wadah penampungan air
6
Airator
150 watt
5
Sebagai sumber oksigen
7
Dompeng
1500 watt
1
Sebagai sumber energy listrik
8
Konikel tank
33 L
4
Sebagai wadah penetasan artemia dan larva ikan bawal
9
Pompa robin
-
1
Untuk memompa air ke kolam
10
Selang sipon
3 m
4
Untuk menyipon bak/akuarium
11
Styrofoam
-
10
Sebagai wadah pengangkutan benih
12
Baskom
-
4
Sebagai wadah pengangkutan benih
13
Ember
-
5
Sebagai wadah pengangkutan benih
14
Gelas ukur
300 cc
9
Sebagai alat sampling
15
Spuid
10 mL
10
Untuk menyuntik ikan
17
Tabung oksigen
50 kg
2
Untuk mengisi oksigen pada saat packing
18
Timbangan
10 kg
1
Untuk menimbang induk
19
Serokan induk
-
2
Untuk menyerok induk
20
Serokan halus
-
4
Untuk memanen benih/larva
Sumber : BBI Sekadau 2011
4.2  Hasil
4.2.1        Persiapan wadah
Wadah yang digunakan untuk memijahkan ikan adalah bak semen yang dilapisi  dengan tehel yang dipasang waring didalamnya, adapun alur proses persiapan wadah penetasan dapat dilihat dari skema dibawah ini :
Pengisian air
Pengeringan bak
Penyikatan bak
Pencucian bak
Pencucian waring
                                                                 Pemasangan waring
 

Gambar 3. Alur proses persiapan wadah
4.2.2        Seleksi induk
Sebelum kegiatan pemijahan dilakukan, terlebih dahulu induk harus diseleksi. Hasil seleksi induk dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12. Hasil seleksi induk
No
Kriteria
Jantan
Betina
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Umur
Berat Badan
Panjang
Perut
Pergerakan
Kelamin  
1 Tahun
2 kg
48 cm
Ramping bila di striping mengeluarkan sperma
Lincah
Runcing, kemerahan dan memanjang hingga sirip anal
1,5 Tahun
2,5 Kg
50 cm
Buncit bila diraba bagian perutnya akan terasa lembek
Lamban
Bulat kemerahan dan menonjol keluar.
Sumber : Data lapangan,(2011)
4.2.3        Pemberokan
Tujuan dilakukan pemberokan yaitu untuk memuasakan induk agar kotoran keluar dan kadar lemak yang dapat menghambat proses ovulasi berkurang.
4.2.4        Proses pemijahan
Alur poses kegiatan pemijahan ikan lele dumbo dapat di lihat pada gambar berikut:
INDUK DITIMBANG
PENYUNTIKAN
INDUK DI ISTIRAHATKAN
DI SETRIPING
PEMBUAHAN
                                                                                          DITEBAR KE HAPPA
 

                                                                    
Gambar 4. Alur proses pemijahan
Untuk lebih jelas, data–data selama proses pemijahan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:
Tabel 13. Data hasil pemijahan
No
Uraian
Keterangan
1
Metode pemijahan
Buatan (induced breeding)
2
Jenis hormone
Ovaprim
3
Dosis
0,3/ kg induk
4
Daerah penyuntikan
Punggung
5
Waktu penyuntikan
23.00 WIB
6
Tahapan penyuntikan
1 X Penyuntikan
7
Induk yang di suntik
Betina
8
Jumlah induk di suntik
1 ekor
9
Berat induk
2,5 kg
10
Jumlah induk jantan
1 ekor
Sumber : Data lapangan (2011)
Setelah dilakukan pemijahan, data fekunditas dapat dilihat pada Tabel 14 berikut:
Tabel 14. Data hasil fekunditas
No
Uraian
Keterangan
1
Volume seluruh telur (ml)
300
2
Volume telur sampel (ml)
1
3
Jumlah telur sampel (butir)
546
4
Fekunditas
163800
Sumber : Data lapangan (2011)
4.2.5        Penetasan telur
Telur di teteaskan di bak penetasan yang berukuran 2m x 1m. kemudian telur yang siap ditetaskan di tebar kedalam happa dengan hati-hati.dimana daya tetas telur dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini:
Tabel 15 . Hatching Rate pemijahan
No
Volume sampel
( ml )
Jumlah sampel
( ml )
Hatcing rate
1.
250
38
Volume waring  = 200cm x 100cm x 30cm
                           = 600.000cm³
Jumlah larva = 600.000
                                       X 42,6
250
= 102240
102240
HR =                 X 100 %  = 62,41 %
163800
2.
250
59
3.
250
47
4.
250
24
5.
250
45
Total
1250 ml
213 = 42,6 ekor
Sumber : Data lapangan (2011)
4.2.6        Perawatan larva
Perawatan larva dimulai dari telur mulai menetas atau larva berumur 0 hari, selama kegiatan larva diberi pakan seperti Tabel 16 berikut:
Tabel 16. Pemberian pakan larva
N0
Umur
Pakan yang diberikan
Dosis
Frekuensi
1.
2.
0-3 hari
4-10 hari
Larva belum diberi pakan karena masih mempunyai kuning telur di tubuhnya
Tepung udang
-
Secukupnya
-
2 kali sehari
Sumber : Data lapangan  (2011)
4.3  Pembahasan
4.3.1        Persiapan wadah
Langkah awal yang dilakukan dalam kegiatan pemijahan ikan lele dumbo adalah mempersiapkan wadah berupa bak penetasan telur. persiapan wadah perlu dilakukan sebelum kegiatan pemijahan dilakukan, sebelum wadah digunakan untuk penetasan telur wadah tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengeringkan air yang ada di bak tersebut setelah dikeringkan barulah menyikat kotoran-kotoran atau lumut-lumut yang ada di bak tersebut yang bertujuan untuk menghilangkan bibit penyakit yang ada setelah disikat barulah bak tersbut dibilas dengan air bersih agar kotoran-kotoran dan lumut terbuang atau terbawa air ke saluran pembuangan. Pembersihan bak harus benar-benar bersih karena kebersihan bak berpengaruh terhadap keseterilan kualitas air, sehingga tidak menggangu dalam proses penetasan telur. setelah dibilas bak dikeringkan kemudian diisi air setinggi 30 cm. Setelah diisi air barulah pemasangan happa dilakukan, happa di pasang dengan cara mengikat pada keempat sudutnya ke kayu yang terdapat di sudut bak. happa yang digunakan berukuran 2 m x 1 m dan kemudian memastikan sirkulasi air berjalan lancar untuk penetasan telur. Kegiatan persiapan wadah dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Persiapan Bak Penetasan Telur
4.3.2        Seleksi Induk

Seleksi induk dilakukan dengan tujuan untuk memilih calon induk yang baik dan sehat, serta untuk melihat tingkat kematangan gonad apakah calon induk tersebut layak untuk dipijahkan atau tidak. Induk ikan lele dumbo yang baik harus dinyatakan lolos seleksi baik dari segi umur, berat, kesehatan maupun kematangan telurnya. Sebab jika kurang hati-hati memilih induk, maka keturunan yang dihasilkan jumlahnya akan lebih sedikit atau kualitas benihnya kurang baik (Susanto, 2002). 
Gambar 6. Seleksi induk
Kegiatan seleksi induk yang dilakukan di BBI Sekadau dengan cara menangkap induk dengan menggunakan jaring dimana jaring ditarik oleh beberapa orang untuk mempersempit ruang gerak induk agar induk mudah di tangkap seperti pada Gambar 6. Berdasarkan pengamatan pada seleksi induk didapat 1 pasang induk yang sudah matang gonad. Ciri –ciri induk matang gonad yaitu induk jantan berumur  ± 1 tahun dan betina 1,5 tahun, berat badan jantan  ± 2 kg dan betina 2,5  kg, panjang jantan 48 cm dan betina 50 cm dan kelamin pada ikan berwarna merah. Hasil seleksi induk jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.

Gambar 7. Induk lele betina dan jantan
4.3.3        Pemberokan
Menurut Hernowo (2003), pemberokan adalah memuasakan induk selama 12-24 jam dengan tujuan agar kotoran (feses) keluar dan sekaligus meyakinkan hasil seleksi induk betina.

di BBI Sekadau induk jantan dan betina yang sudah diseleksi kemudian di istirahatkan pada bak pemberokan selama 1 hari seperti pada Gambar 8.
Gambar 8. Pemberokan induk
pemberokan bertujuan untuk memuasakan induk ikan lele karena jika induk lele diberi makan perut induk ikan lele kelihatan besar dan itu akan mempersulit untuk mengetahui induk yang matang gonad, serta sulit dalam ovulasi. Selama proses pemberokan induk jantan dan induk betina dipisahkan agar tidak memijah secara liar. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahyudin (2008), pemberokan adalah tahapan dalam pemijahan yang dilakukan dengan cara ikan atau induk dipuasakan saat induk ikan selesai diseleksi dan sebelum dipijahkan selama 1-2 hari. Pemberokan induk jantan dan betina dilakukan pada wadah terpisah.
4.3.4        Proses pemijahan
Pada saat PKL II, ikan lele dipijahkan secara buatan (induced breeding) Adapun kegiatan pemijahan sebagai berikut:
-            Induk harus di timbang agar mudah dalam pembentukan dosis hormone yang di gunakan.
-            Setelah ditimbang induk betina disuntik dengan ovaprim dengan dosis 0,3ml/kg kemudian ditambahkan 1 ml aquabidest sebagai pengencer. Sementara induk jantan tidak disuntik karena ikan jantan akan di jadikan ikan donor untuk diambil sepermanya. Data perhitungan dosis hormone dapat dilihat pada Lampiran 3.
-           
Penyuntikan induk lele betina dilakukan pada bagian punggung dengan kemiringan 45˚ penyuntikan dilakukan malam hari sekitar jam 23.00. Pengambilan dosis hormon dan penyuntikan dapat dilihat pada gambar 9 dibawah ini.
-            Setelah disuntik induk lele betina di masukan lagi ke kolam pemberokan dan dibiarkan 8-10 jam.
-            Sekitar 8 jam induk di cek tingkat ovulasinya, kemudian apabila di urut ke arah anus sudah mengeluarkan telur berarti induk sudah siap di streeping untuk megeluarkan telur.
-            Kemudian induk jantan dibedah untuk di ambil spermanya, selanjutnya sperma yang telah diambil dibersihkan dan digunting, masukan ke dalam gelas ukur 100 ml yang sudah terisi NaCl 100 ml. Berikut gambar perlakuannya.

Gambar 10. Pengambilan sperma induk jantan
-           
Setelah itu induk betina distreeping untuk dikeluarkan telurnya, telur hasil pengurutan segara dibuahi sperma dengan cara memasukan sperma kedalam baskom yang berisi telur sampai telur terendam larutan sperma, agar telur tercampur haduk secara perlahan dengan menggunakan bulu ayam hingga terlihat merata. Perlakuan dapat dilihat pada Gambar 11 dibawah ini.
Gambar 11. Streeping dan pembuahan
-            Telur ditebar ke happa yang berukuran 2m x 1m. Hal ini dipertegas oleh Hernowo dan Suyanto (2008), dimana pembuahan telur meliputi persiapan alat dan bahan, mengambil kantong sperma dengan cara membedah induk jantan dan mengeluarkan telur secara streeping, sperma di campur dengan Nacl, telur hasil streeping dibuahi dengan sperma kemudian di tebar merata ke dalam happa penetasan dengan cara menyiramkan telur kemudian air digusar menggunakan tangan.
Setelah dilakukan proses pemijahan didapat jumlah fekunditas yaitu 163800 butir telur. Cara perhitungan menggunakan teknik volumetrik. Data perhitungan fekunditas dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.3.5        Penetasan telur
Setelah proses pembuahan  selesai langkah selanjutnya adalah penetasan telur. Penetasan telur dilakukan pada happa. Penetasan telur berlangsung selama 3 hari terhitung sejak pembuahan  dari wadah penetasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1993), yang menyatakan bahwa  telur ikan lele menetas semua dalam tempo 2-3 hari. Cepat lambatnya penetasan dipengaruhi oleh suhu air. Semakin tinggi suhu air maka semakin lambat waktu penetasan. Sebaliknya semakin rendah suhu air maka semakin cepat waktu penetasan. bahwa Pada suhu 23-26 ˚C telur ikan lele menetas  dalam 2 hari, sedangkan pada suhu 27-30 ˚C, telur menetas dalam 3 hari.
Sebelum telur menetas terlebih dahulu telur tersebut akan dibuahi. Untuk membedakan telur yang terbuahi dengan telur yang tidak terbuahi dapat dilihat dari warna telurnya, biasanya telur yang terbuahi akan berwarna bening dan transparan sedangkan untuk telur yang tidak terbuahi yaitu bewarna putih susu dan berjamur.  Jumlah telur yang dibuahi tidak dapat diketahui secara pasti karena sifat telur ikan lele yang menempel (adesif) sehingga penghitungan menggunakan metode sampling tidak memungkinkan dilakukan.
Dalam kegiatan praktek, tempat penetasan telur merupakan wadah yang juga digunakan untuk pemeliharaan larva. Hal ini sesuai dengan pendapat  Santoso (1993), yang menyatakan bahwa happa penetasan sekaligus digunakan sebagai bak pemeliharaan larva.

Penetasan telur dilakukan pada happa yang berukuran 2 m x 1 m dengan ketinggian air 30 cm. sepeti terlihat pada Gambar 12, telur ditebar kedalam happa dengan hati-hati saat penebaran tangan sudah harus berada di air untuk menggusar telur agar telur tidak mengumpal.
Gambar 12. Penebaran telur
Telur hasil pembuahan secara buatan menetas selama 30 jam. Karena keterbatasan alat maka pengecekan suhu tidak dilakukan. Akan tetepi menurut Hernowo dan Suyanto (2008), menyatakan ikan lele menetas 36-40 jam dan pada suhu  26-28 ˚C. Telur yang tidak terbuahi atau mati akan menjadi berwarna putih dan ditumbuhi jamur, oleh karena itu telur yang tidak terbuahi akan segera dibuang.
 Jumlah larva yang dihasilkan dari telur yang berhasil menetas Hatching rate (HR) pada saat kegiatan yaitu 62,41% hasil tersebut dikatakan cukup baik. Hal ini diperkuat dengan pendapat Bachtiar (2006), daya tetas telur yang optimum adalah 50-60%. Data perhitungan HR pada pemijahan ikan lele dapat dilihat pada Lampiran 6.
4.3.6        Perawatan larva

Telur yang menetas menjadi larva dibiarkan larva di bak penetasan selama 3 hari larva tersebut belum diberi pakan karena masih mempunyai kuning telur Santoso (2007), menyatakan bahwa sampai hari ke 3 larva lele belum membutuhkan pakan tambahan karena masih mempunyai cadangan makanan berupa kantong kuning telur setelah berumur 4-6 hari larva harus diberi pakan tambahan berupa kuning telur karena kuning telur yang menjadi makanannya sudah habis. Pada fase ini larva sangat rentan akan sifat kanibal, dengan demikian untuk meminimalisir tingkat kanibalisme tersebut larva harus diberi pakan yang cukup. Dilapangan pakan larva yang diberikan yaitu tepung udang. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pukul 7.00 dan sore pada pukul 17.00 dengan cara pakan tepung udang tersebut dituangkan kedalam serok untuk diberikan yang halusnya saja sehinga pakan yang kasar tersaring kemudian ditebar dari bagian piggir hingga merata. Berikut gambar jenis pakan yang di berikan pada larva.
Gambar 13. Pakan untuk larva
Kualitas air juga harus diperhatikan dalam proses perawatan larva karena kualitas air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup larva. kualitas air selama kegiatan pemeliharaan larva lele relative sama hal ini dikarenakana kegiatan pemeliharaan larva dilakukan dalam ruangan tertutup (indoor). Menurut Santoso (2007) pH berkisar 6-8 dan suhu 28-30 ˚C, dilapangan tidak dilakukan pengecekan kualitas air karena keterbatasan alat.   
5.         PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Dari kegiatan pemijahan ikan lele dumbo yang dilaksanakan di BBI Sekadau, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1.  Dalam Persiapan bak penetasan telur yaitu dimulai dari pembersihan bak misalnya menyikat bak, memasang happa, pengisian air yang bersih dalam bak.
2.    Seleksi induk bertujuan mendapatkan induk yang benar – benar matang gonad dan tidak cacat. Induk yang di gunakan sebanyak 1 ekor induk jantan dengan berat 2 kg, dan induk betina sebanyak 1 ekor dengan berat  2,5 kg.
3.   Pemberokan dilakukan dalam bak pemberokan, selama proses pemberokan selama 2 hari ikan tidak diberi pakan sama sekali guna untuk membuang kotoran dalm perut ikan dan mengurangi lemak dalam perut ikan, hal ini sangat diperlukan agar tidak mengganggu dalam proses striping ikan.
4.   Teknik pemijahan dilakukan dengan secara buatan (induseed breeding), dimana induk betina disuntik dengan hormone ovaprim dengan dosis 0,3 ml/kg induk. Kemudian penyuntikan hanya dilakukan 1 kali masukan lagi dalam bak pemberokan dan dibiarkan selama ± 8 – 10 jam. Setelah itu dilakukan striping  dan induk dikembalikan lagi kekolam pemeliharaan induk. Fekunditas yang dihasilkan 163800, dari hasil tersebut daya tetas ikan lele yang dipijahkan sebesar 62,41% banyak larva 102240 ekor.
5.   Perawatan larva dengan memberi pakan berupa pakan tepung udang setelah larva berumur 4 hari atau sudah habis kuning telurnya.
5.2  Saran
Pada umumnya teknik pemijahan ikan lele dumbo di BBI Sekadau sudah berjalan dengan baik. Agar pembenihannya berjalan lebih baik lagi maka di sarankan agar sarana dan prasarana bisa memadai, seperti parameter kualitas air, timbangan digital, jalan masuk ke lokasi dan aliran listrik dari PLN.
DAFTAR PUSTAKA
Soetomo, 2003. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar baru Algensindo.       Jakarta.
Santoso, Budi. 1995. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo dan Lokal. Kanisius. Yokyakarta.
Santoso, Heru. 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Khairuman, 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Argo Media Pustaka. Jakarta
Hernowo, Suyanto dan Rachmatun. 2002. Pembenihan dan pembesaran Lele. Kanisius. Yogyakarta
Mahyudin, Kholis. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta
Bachtiar, Ir, Yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. Agro Media Pustaka. Jakarta
Suyanto. 1997. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lampiran 1. Rencana kegiatan
No
Rencana Kegiatan
Tanggal
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
1
Persiapan PKL
2
Berangkat ke lokasi PKL
3
Laporan kepada pimpinan lokasi
4
Orientasi lapangan
5
Pengarahan
6
Kegiatan PKL
7
Melengkapi data-data laporan
8
Persiapan pulang
9
Laporan akhir kegiatan kepada pimpinan
10
Pulang
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan
A.    Keadaan umum lokasi
1.      Latar belakang
a.       Kapan bedirinya ?
b.      Tujuan berdirinya ?
2.      Keadaan lokasi
a.       Lokasi BBI ?
b.      Berapa jarak lokasi dengan jalan raya ?
c.       Bagaimana kondisi geografisnya ?
3.      Struktur organisasi
a.       Apa bentuk usahanya ?
b.      Dari mana sumber dana oprasionalnya ?
4.      Tenaga kerja
a.       Berapa jumlah tenaga kerja
b.      Apa pendidikannya ?
c.       Berapa jumlah upah ?
B.     Prasarana
1.      Lahan
a.       Berapa total luas lahan ?
b.      Bagaimana tata guna lahan ?
c.       Apa jenisnya ?
2.      Sistem penerangan
a.       Dari mana sumber penerangan yang diperoleh ?
b.      Digunakan untuk apa saja ?
c.       Berapa biaya rata-rata tiap bulan ?
3.      Jalan
a.       Adakah jalan disekitar lokasi ?
b.      Bagaimana kondisinya ?
c.       Adakah sarana transportasinya ?
4.      Sumber air
a.       Dari mana sumber airnya ?
b.      Berapa jarak sumber air dengan lokasi pemeliharaan ?
c.       Bagaimana kualitas dan kuantitas airnya ?
5.      Komunikasi
a.       Adakah alat komunikasi ?
C.     Sarana
1.      Kolam
a.       Bagaimana saluran irigasi untuk pembenihan dan pembesaran ?
b.      Berapa jumlah kolam ?
c.       Bagaimana penggunaannya ?
d.      Berapa luas masing-masing kolam ?
e.       Bagaimana tata letaknya ?
f.       Bagaimana bentuk dan konstruksi kolam ?
2.      Pakan
a.       Apa jenis pakan yang diberiakan ?
b.      Berapa dosis dan waktu pemberian ?
c.       Bagaimana kualitas pakannya ?
d.      Berapa biaya pembelian pakan ?
3.      Obat-obatan
a.       Apa jenis obat yang digunakan ?
b.      Kapan waktu pemberiannya ?
c.       Bagaimana cara penggunaannya ?
D.    Kegiatan Pemijahan Lele Dumbo
1.      Persiapan wadah
a.       Apa jenis wadah yang digunakan ?
b.      Berapa ukuran serta luasnya ?
c.       Apa saja yang haeus di siapkan pada wadah ?
2.      Pemeliharaan dan seleksi induk
a.       Dari mana asal induk ?
b.      Bagaimana kriteria induk ?
c.       Berapa lama pemeliharaannya ?
d.      Apa tujuannya ?
e.       Bagaimana cara perawatan yang dilakukan ?
f.       Bagaimana ciri induk betina yang siap dipijahkan ?
g.      Bagaimana ciri induk jantan yang siap dipijahkan ?
3.      Pemberokan
a.       Apa tujuan pemberokan ?
b.      Berapa lama perlakuannya ?
4.      Proses pemijahan
a.       Apa saja alat yang digunakan ?
b.      Kapan waktu pemijahan ?
c.       Apa jenis serta dosis hormon yang digunakan ?
d.      Bagaimana cara pemberian hormonnya ?
e.       Berapa lama waktu pemijahannya ?
f.       Bagaimana proses pembuahan telurnya ?
5.      Penetasan telur
a.       Bagaimana perawatan telurnya ?
b.      Berapa lama waktu penetasan telur ?
6.      Perawatan larva ?
a.       Apa saja yang harus disiapkan ?
b.      Bagaimana kualitas air saat perawatan larva ?
c.       Kapan pemberian pakannya ?
d.      Apa jenis pakan yang diberikan ?

4 komentar:

  1. yang saya ketahui..induk jantan lele itu tidak bisa mengeluarkan cairan putih meski di urut..kecuali kantong spermanya dikeluarkan terlebih dahulu...

    BalasHapus
  2. Saya memfokuskan usaha pada
    pembenihan bibit lele sangkuriang.
    Bagi yang membutuhkan bibit lele
    sangkuriang. Untuk wilayah Solo dan
    sekitarnya saya antar gratis. Bibit
    berkualitas karena dari indukan
    bersertifikat dari BBAT. Kami siap
    membantu Anda sukses dalam
    berternak lele. Konsultasi gratis.
    Saya tidak menjual bibit saja. Bibit
    yg saya kirim. Bila sudah panen akan
    saya beli bila Anda kesulitan
    menjual. Hub 085642057643
    alamat Ngablak Rt/Rw 03/06,
    Karangmojo, Tasikmadu,
    Karanganyar, Solo

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. kenapa lampiran 5 dan 6 ya tidak ada min ? butuh sebagai bahan refeensi :)

    BalasHapus