TEKNIK PEMIJAHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SECARA INDUCED BREEDING DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KABUPATEN SEKADAU.
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
memiliki sumberdaya perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan, baik di
wilayah perairan tawar (darat), payau maupun perairan laut. Hal ini didukung oleh
potensi perairan umum yang begitu luas dan belum dimanfaatkan untuk usaha
perikanan secara optimal. Provinsi Kalimantan Barat salah satunya yang memiliki
potensi yang baik bagi pengembangan usaha budidaya perikanan, khususnya air
tawar.
Ikan
lele merupakan salah satu komoditas air tawar yang memiliki daya serap pasar
yang tinggi, bila potensi tersebut dimanfaatkan secara optimal dan benar, maka
akan dapat meningkatkan pendapatan petani ikan, membuka lapangan kerja,
memanfaatkan daerah potensial, meningkatkan produktifitas perikanan, meningkatkan
devisa Negara, serta membatu menjaga kelestarian sumberdaya hayati. Ikan lele
mempunyai kelebihan dan keunggulan yang khas, bila dibandingkan dengan ikan air
tawar yang lainnya, yaitu pemeliharaan yang murah, mudah, serta dapat hidup di
air yang kurang baik, cepat besar dalam waktu yang relative singkat, kandungan
gizi yang tinggi dalam setiap ekornya, juga memiliki rasa daging yang khas dan
lezat yang tidak terdapat pada ikan lainnya.
Dalam
hal ini, maka untuk terus dapat menyediakan pasokan ikan lele, kegiatan
pemijahan merupakan salah satu jalan yang dapat dilakukan. Berdasarkan hal
inilah penulis mengambil judul “Teknik Pemijahan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) secara induced
breeding
di
Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Sekadau.
Ada
beberapa metode pemijahan ikan, yaitu alami, semi intensif, dan intensif. Dalam
hal ini pemijahan dilakukan secara intensif, yaitu dengan menggunakan
rangsangan hormone yang kemudian pembuahan telur dilakukan secara streeping,
metode ini dikenal dengan induced breeding.
Keberhasilan
pemijahan sangat ditentukan oleh tingkat kematangan gonad. Oleh karenanya,
induk yang akan dipijahkan sebelumnya dilakukan seleksi terlebih dahulu untuk
menentukan induk yang benar-benar siap untuk dipijahkan agar benih yang
dihasilkan berkualitas.
1.2 Pembatasan Masalah
Dalam
kegiatan praktek kerja lapangan ini, batasan masalah yang akan difokuskan pada
teknik pemijahan ikan lele yaitu meliputi :
1. Persiapan
wadah
2. Seleksi
induk
3. Pemberokan
4. Proses
pemijahan
5. Penetasan
telur
6. Perawatan
larva
1.3 Tujuan
Kegiatan
ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemijahan ikan lele di Balai Benih Ikan (BBI)
Kabupaten Sekadau.
1.4 Manfaat
Manfaat
yang di dapat dari kegiatan ini adalah dapat mengetahui langsung serta
meningkatkan keterampilan dilapangan tentang teknik pemijahan ikan lele dan
mengetahui kendala-kendala apa saja yang akan dihadapi.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Berdasarkan
klasifikasi menurut taksonominya, ikan lele yang dikemukakan oleh Suyanto
(2002) adalah sebagai berikut:
Phyllum :
Chordatan
Sub Phyllum : Vetebrata
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidae
Family : Clarridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Menurut Sarwono (2008), ikan lele
dumbo meiliki ciri-ciri bentuk tubuh yang memanjang agak silindris (membulat)
dibagian depan dan mengecil dibagian ekornya, kulitnya ridak memiliki sisik,
berlendir, dan licin sehingga sulit saat di tangkap meggunakan tangan. Diatas
rongga insang terdapat selaput alat pernapasan tambahan (labirin) yang
memungkinkan lele dumbo dapat mengambil oksigen langsung dari udara.
Lele dumbo memiliki 5 (lima) buah
sirip yang terdiri dari sirip pasang (ganda) dan sirip tunggal. Sirip yang
berpasangan adalah sirip dada (pectoral)
dan sirip perut (ventral). Sedangkan
yang tunggal adalah sirip punggung (dorsal),
ekor (caudal) serta sirip dubur (anal). Pada sirip dada dilengkapi
dengan pati dan taji beracun. Jika dibandingkan lele local, patil lele dumbo
lebih pendek dan tumpul. Selain memiliki kemampuan dapat meloloskan diri pada
kolam perairan dengan cara melompat, ikan lele dumbo juga mampu melakukan
gerakan zig-zag diatas tanah tanpa air dalam waktu yang cukup lama asalkan
tanah dalam keadaan lembab (Santoso,
2003).
Lele dumbo memiliki sungut yang
berada disekitar mulut. Sungut ini berjumlah 8 buah atau 4 pasang. Sungut
berfungsi untuk mengenal mangsanya, lele dumbo juga dapat mengenal dan
menemukan makanan dengan cara rabaan (tentakel) dengan menggerakan salah satu
sungutnya (Santoso, 2003).
Secara umum, ikan lele dumbo dapat dilihat seperti Gambar 1 dibawah ini :
Gambar 1. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
2.2 Habitat dan Tingkah Laku
Semua
perairan tawar dapat menjadi lingkungan hidup atau habitat lele dumbo, seperti
waduk, bendungan, danau, rawa, atau genangan air tawar lainnya. Namun, lele
dumbo juga dapat ditemukan di sungai yang arus airnya tidak terlalu deras,
sehingga lele dumbo ini dapat dikatakan lebih menyukai perairan yang arusnya
lamban, lele dumbo kurang menyukai perairan yang berarus deras (Bachtiar,
1995).
Ikan
lele dumbo sangat toleran terhadap suhu yang cukup tinggi, yaitu berkisar
antara 20oC - 35oC dan dapat hidup diperairan yang
kondisi lingkungannya sangat jelek. Ikan lele dumbo dapat mengambil oksigen
dengan cara melakukan pertukaran gas yang terjadi melalui organ aboresent yang
terletak dalam ruang atas insang. Oleh sebab itu, ikan lele memiliki kemampuan
bernafas dengan udara secara langsung yang memungkinkan ikan lele dapat
bertahan hidup didalam lumpur pada musim kemarau (Santoso, 1995).
Ikan
lele dumbo terkenal dengan sifat nocturnalnya yaitu aktif pada malam hari,
sedangkan pada siang hari ikan lele ini jarang menampakan diri dan lebih menyukai
tempat yang gelap dan sejuk. Namun kebiasaan ini dapat diubah dengan
dibiasakannya memelihara dikolam-kolam, dimana pemberian pakannya diberikan
pada siang hari (Santoso, 1995). Pada waktu siang hari, ikan lele lebih
menyukai bersembunyi dibalik batu, lubang dan rumput-rumput yang ada didasar
perairan, dan karena aktif pada malam hari maka mata ikan lele ini tidak
terlalu berperan penting. Sedangkan organ-organ yang berperan penting adalah
pembau yang berupa sungut-sungut yang berada disekitar mulutnya.
2.3 Perkembangbiakan
Dalam hal pemijahan ikan lele bukanlah musiman sepeti halnya ikan patin
ataupun ikan bawal. Ikan lele dapat memijah dalam sepanjang tahun. Apabila
pemberian pakan tambahan sangat cukup, maka ikan lele dumbo dapat berpijah
selama 6-8 minggu. Ikan lele dumbo ini tergolong ikan yang cepat besar, apabila
akan dipijahkan ikan lele dumbo ini harus memiliki berat badan minimal 600 - 700
gram, dan umurnya harus diatas 1 tahun. Ikan lele dumbo ini akan mencapai
dewasa setelah berumur 2-3 tahun dan akan mulai memijah selama musim hujan sampai
dengan akhir musim hujan (Susanto, 2002). Adapun perbedaaan induk jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 1 di
bawah ini
Tabel 1. Ciri-ciri
induk ikan lele dumbo
Jantan
|
Betina
|
-
kepala lebih kecil
-
warna kulit dada tua (gelap)
-
urogenital agak menonjol, memanjang kearah belakang dan
bewarna kemerahan
-
perut labih langsing
dan kenyal
-
gerakannya lincah
(agresif)
-
jika di striping mengeluarkan cairan putih (sperma)
|
-
kepala lebih besar
-
warna kulit dada agak
kurang
-
urogenital berbentuk oval dan berwana kemerahan
-
perut lebih
gemuk dan lunak
-
gerakan lambat jika di striping mengeluarkan cairan
kekuning-kunigan (telur)
|
Sumber : Anonym, (2006)
Biasanya
ikan lele yang akan memijah mencari tempat untuk meletakan telur-telurnya yaitu
substrat yang berupa batu-batuan, rumput atau ranting kayu yang tenggelam dalam
air yang kedalamannya sekitar 10 cm dengan arus yang tidak terlalu deras atau
tenang. Pemijahan ikan lele berlangsung selama beberapa jam saja, dimana induk
betina akan memulai mengeluarkan dan meletakan telur-telurnya pada substrat
dalam beberapa kelompok, kemudian diikuti oleh keluarnya sperma dari lele
jantan menyatu pada telur-telur tersebut. Setelah telur dan sperma tercampur
ikan betina mengibaskan ekornya agar telur-telur tersebut merata pada substrat
yang ada disekitar (Susanto, 2002).
2.4 Pakan dan Kebiasaan Makan
Ketika
dipelihara atau dibudidayakan dikolam, Lele dumbo juga dapat diberipakan
bangkai dari limbah peternakan atau diberi pakan buatan seperti pellet. Lele
dumbo merupakan ikan yang sangat responsif terhadap pakan. Artinya, hampir
semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan sehari-hari akan disantap
dengan lahap. Itulah sebabnya ikan ini cepat besar (bongsor) dalam masa yang
singkat. Keunggulan ini dimanfaatkan para pembudidaya ikan lele dumbo dengan
memberikan pakan yang mengandung nutrisi tinggi untuk menggenjot laju
pertumbuhannya. Harapannya dalam waktu yang relatif singkat lele dumbo sudah
bisa dipanen dan dipasarkan sebagai ikan konsumsi (Khairuman, 2002).
Menurut
Mahyuddin (2008), lele mempunyai kebiasaan makan didasar perairan atau kolam.
Berdasarkan jenis pakannya lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat
karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, Lele memakan cacing, siput air,
belatung, laron, jentik-jentik, serangga air, kutu air. Karena bersifat
karnivora pakan yang baik untuk ikan lele adalah pakan tambahan yang mengandung
protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati,
pertumbuhan akan lambat. Lele bersifat kanibalisme, yaitu suka memakan jenis
sendiri. Jika kekurangan pakan ikan ini tidak segan-segan untuk memakan atau
memangsa kawannya sendiri yang berukuran lebih kecil
2.5 Kualitas Air
Air merupakan faktor
terpenting dalam budidaya ikan. Bukan hanya lele, ikan-ikan lain pun untuk
hidup dan berkembang biak memerlukan air. Tanpa air ikan tidak akan dapat
hidup. Karenanya, kualitas air harus di perhatikan agar kegiatan budidaya
berjalan sesuai dengan yang di harapkan. Kualitas air adalah variabel-variabel
yang dapat mempengaruhi kehidupan lele. Variabel tersebut dapat berupa sifat
fisika, kimia, dan biologi air. Sifat-sifat fisika air meliputi suhu,
kekeruhan, dan warna air. Sifat kimia air adalah kandungan oksigen (O2),
karbondioksida (CO2), pH (derajat keasaman), amoniak (NH3),
dan alkalinitas. Sifat bilologi meliputi plankton yang hidup disuatu perairan
(Khairuman dan Amri, 2002). Berikut tabel parameter kualitas air :
Tabel
2. Parameter kualitas air
No
|
Parameter
|
Kisaran
|
Alat yang digunakan
|
1.
|
Suhu
|
25 – 32˚C
|
Thermometer
|
2.
|
DO
|
5 – 7 ppm
|
DO meter
|
3.
|
Ph
|
6 – 8
|
Ph meter
|
4.
|
Kecerahan
|
15-30 Cm
|
Secchidish
|
Sumber : Anonym (2006)
2.6 Teknik Pemijahan
Masalah utama pembenihan lele dumbo adalah ketersediaan air yang cukup
dan berkualitas baik. Pemijahan lele dumbo harus menggunakan air bersih dan
tidak tercemar bahan beracun baik air hujan, air irigasi, maupun air tanah dari
mata air atau sumur. Di alam, lele
dumbo aktif berpijah di pinggiran sungai selama musim hujan. Untuk itu faktor
utama yang di perhatikan dalam usaha pembenihan adalah sebagai berikut.
2.6.1
Seleksi
induk
Seleksi induk bertujuan untuk
meningkatkan mutu agar menghasilkan benih yang berkualitas, sifat-sifat induk
yang telah diseleksi diharapkan dapat mewariskan keturunannya (Sutisna dan
Sutarmanto, 2006). Induk betina yang sudah matang memiliki ciri-ciri perut
gendut, jika diraba terasa lembek, dan bagian duburnya tampak kemerahan.
Sementara itu ciri-ciri induk jantan adalah jika diurut kearah ekor akan keluar
cairan putih (sperma) (Anonym, 2008).
2.6.2
Penyuntikan
Pasangan induk lele dumbo yang
cocok dan telah matang kelamin akan segera memijah setelah di masukkan ke dalam
kolam pemijahan. Biasanya ikan lele dumbo berpijah pada tengan malam menjelang
pagi yakni sekitar pukul 07.00-04.00 tetapi proses pemijahan tersebut
kadang-kadang mundur sampai sehari lebih (24-36 jam).
Hormon yang digunakan untuk
merangsang lele dumbo agar memijah adalah hormon alamiah (dari kelenjar
hipofisa) dan hormon buatan. Hormon yang di ambil dari kelenjar hipofisa yang
teletak di bagian bawah otak kecil ikan. Kelenjar hipofisa ini hanya sebesar
butir kacang hijau bahkan lebih kecil (Khairuman, 2002).
2.6.3
Streeping
dan pembuahan
Menurut Arie dkk. (2006),
setelah 10-12 jam dari penyuntikan, induk betina siap di streeping (pengurutan
telur kearah kelamin). Sebelum melakukan streeping pada induk betina, terlebih
dahulu menyiapkan sperma jantan. Pengambilan sperma jantan dengan cara membedah
perut induk jantan dan mengambil kantong sperma dengan cara mengunting. Selanjutnya
sperma di tampung di gelas yang sudah diisi dengan NaCl aduk hingga merata. Setelah
sperma jantan di siapkan, kemudian dilakukan pengurutan induk betina. Langkah-langkah
pembuhan telur sebagai berikut: telur di tampung dalam baskom plastik, kemudian
masukan larutan sperma sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai merata, telur
yang sudah terbuahi dibilas dengan untuk mencuci telur yang kotor.
2.6.4
Penetasan
telur
Menurut Susanto (2005), telur
yang dikeluarkan pasangan induk ini biasanya melekat pada ijuk dan sebagian besar
berserakkan di sarang dasar. Diameter telur berkisar antara 1.3-1.6 mm dan akan
menetas selama 1-2 hari selama 2-3 hari telur biasanya akan menetas seluruhnya.
Begitu proses pemijahan selesai antara jam 05.00-06.00 pagi kakaban harus segera di angkat dan di
pindahkan ke dalam kolam penetasan.
Untuk
menghindari tumbuhnya jamur, kakaban yang sudah berisi telur tersebut sebaiknya
di rendam terlebih dahulu, karena sifat telur lele menempel maka perlu kakaban.
Selama proses penetasan telur usahakan sirkulasi air berjalan dengan baik dan
air yang masuk lewat pemasukkan berjalan secara perlahan-lahan (Susanto, 2005).
2.6.5
Perawatan
Larva
Setelah telur menetas semua waktu 2-3 hari selanjutnya mengangkat kakaban
di dalam hapa satu persatu pengangkatan harus hati-hati agar kualitas air tetap
terjaga. Larva yang baru menetas
belum perlu di beri makanan. Sebab masih mempunyai makanan cadangan berupa
kuning telur. Dengan perawatan dan makanan yang baik dalam tempo 1 bulan benih
lele dapat tumbuh hingga mencapai 3-5 cm. Tahap pemberian pakan larva dapat
dilihat pada Tabel 3. Pekerjaan pokok perawatan lele adalah membersihkan
telur, siphonisasi, cangkang dan telur busuk, dan mempertahankan konsentrasi
oksigen pada suhu optimal.
Tabel
3. Tahap pemberian makanan larva
No
|
Umur
|
Makanan yang di berikan
|
Keterangan
|
1.
|
0-3
hari
|
Belum di beri makanan karena masih ada kuning
telur
|
|
2.
|
4-6
hari
|
Kuning
telur di rebus
|
Di
larutkan
|
3.
|
7-14
hari
|
Rotifera,
kutu air (disaring)
|
|
4.
|
15-30
hari
|
Kutu
air, jentik nyamuk hidup, cacing rambut
|
|
Sumber : Santoso (2005)
2.6.6
Pemanenan
larva
Sebelum dilakukan pemanenan larva ikan, terlebih dahulu siapkan alat-alat yang akan digunakan seperti ember,
Sesser, jarring halus atau happa sebagai penyimpan benih sementara, saringan
yang digunakan untuk mengeluarkan air dari- bak agar benih tidak terbawa arus. Panen larva di mulai pada pagi hari, yaitu
antara jam 05.00-06.00 pagi dan sebaiknya berakhir tidak boleh lewat dari jam
09.00 pagi. Hal ini di maksudkan untuk menghindari teriknya matahari yang menyebabkan
larva strees. Pemanenan mula-mula dilakukan dengan menyurutkan air dalam bak
secara perlahan-lahan. Setelah air surut larva mulai ditangkap dengan seser
atau jarring halus dan ditampung dalam ember (Suseno 1999).
3.
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) II ini dilaksanakan pada16 Januari sampai dengan
27 Januari 2011.berlokasi di Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Sekadau, Provinsi
Kalimantan Barat yang akan dimulai dari tanggal
3.1 Objek PKL
Objek
PKL yang diambil adalah semua hal yang berhubungan dengan Teknik Pemijahan Ikan
Lele Dumbo di BBI Skadau, meliputi persiapan wadah, pemeliharaan dan seleksi
induk, pemberokan, proses pemijahan, penetasan telur dan perawatan larva.
3.2 Metode Pengambilan Data
Metode
pengambilan data merupakan suatu cara untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan dalam penyusunan suatu karya ilmiah atau laporan. Metode yang
digunakan berupa metode deskriptif. Jenis yang diambil berupa data promer dan
data sekunder.
3.2.1
Data
primer
Data primer adalah data pokok yang
diambil secara langsung di lapangan. Teknik pengambilan data primer adalah
pemngambilan data yang dilakukan dengan pengamatan atau observasi langsung di
lapangan, wawancara, serta partisipasi langsung mengenai aktivitas di lapangan.
Dalam pengumpulan data primer dapat
mempergunakan metode-metode antara lain, pengamatan atau observasi langsung di
lapangan, yaitu berbagai kegiatan pengamatan yang dilakukan meliputi berbagai
jenis objek yang diamati di lokasi, wawancara yaitu kegiatan untuk memperoleh
informasi dari narasumber di lapangan yang dinilai dapat memberikan informasi
yang diperlukan dalam penyusunan laporan atau penelitian dimana proses wawacara
dilakukan langsung dengan teknisi yang mengelola serta partisipasi dan
aktivitas adalah adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan dalam suatu
kegiatan di lapangan meliputi kegiatan oprasional.
Parameter utama yang diamati untuk
dijadikan sebagai data primer dalam kegiatan pemijahan ikan lele adalah sebagai
berikut :
3.3.1.1. Persiapan wadah
Untuk melakukan
pemijahan diperlukan persiapan wadah atau media seperti yang terdapat pada Tabel
4 berikut :
Tabel 4. Pengambilan data persiapan
wadah
No
|
Uraian
|
Cara Pengambilan Data
|
1
|
Menentukan jenis wadah yang
digunakan
|
Mengindentifikasai
jenis wadah yang digunakan dengan cara observasi dan partisipasi di lapangan.
|
2
|
Ukuran
|
Mengukur
luasan media dengan menggunakan meteran.
|
3
|
Pembersihan wadah
|
Membersihkan
bak dengan cara menyikat wadah yang akan digunakan
|
4
|
Pemasangan happa
|
memasang happa
sebagai tmpat penetasan telur dan perawatan larva
|
3.3.1.2. Seleksi induk
Data yang diambil
sehubungan dengan seleksi induk meliputi :
Tabel 5. Pengambilan data seleksi
induk
No
|
Uraian
|
Cara Pengambilan Data
|
1
|
Umur
|
-
Mengidentifikasi umur induk dengan cara
mewawancarai teknisi.
-
Mewawancarai teknisinmengenai lama pemeliharaan
induk di loksai tersebut
|
2
|
Ukuran induk
|
-
Mengidentifikasi berat induk dengan cara menimbang
induk menggunakan timbangan
-
Mengidentifikasi panjang induk dengan cara
mengukur menggunakan penggaris
|
3
|
Asal
|
-
Mengidentifikasi asal induk melalui wawancara
denga teknisi untuk mengetahui dari mana asal induk yang ada di lokasi
|
4
|
Tingkat kematangan gonad
|
-
Mengidentifikasi tingkat kematangan gonad dengan
cara melihat cirri-ciri fisik atau alat kelamin, melihat gerakannya dan
wawancara
|
5
|
Waktu pemijahan
|
-
Untuk mengetahui waktu pemijahan dilakukan
wawancara denga teknisi
|
3.3.1.3.
Pemberokan
Data
untuk melakukan pemberokan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Pengambilan
data pemberokan
No
|
Uraian
|
Cara pengambilan data
|
1
2
|
Tujuan
Perlakuan dan waktu
|
Pengambilan data dengan cara
wawancara.
Pengambilan data dengan
wawancara dan partisipasi langsung.
|
3.3.1.4. Proses pemijahan
Pada proses
pemijahan dilakukan beberapa tahap, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
7 berikut :
Tabel 7. Pengambilan data proses pemijahan
No
|
Uraian
|
Cara Pengambilan
Data
|
1
2
3
4
5
6
|
Perbandingan induk betina
Dosis penyuntikan
Waktu dan tahapan penyuntikan
hormone
Pengeluaran telur dan sperma
Pembuahan
fekunditas
|
Partisipasi dengan menentukan
jumlah perbandingan induk jantan dan betina yang akan dipijahkan.
Wawancara dengan teknisi dan
disesuaikan dangan literature
berpartisipasi dalam menghitung
dosis hormone
Dengan cara berpartisipasi
dalam tahap penyuntikan dan menentukan waktu penyuntikannya.
Partisipasi dalam pengeluaran
telur dengan cara distriping dan pengeluaran sperma dengan cara membedah
induk jantan
Partisipasi dalam mencampur
telur dengan cara diaduk menggunakan bulu ayam.
Partisipasi dalam menghitung
jumlah telur dengan melakukan sampling dengan cara mengalikan jumlah telur
sampel dengan total telur.
|
3.3.1.5. Penetasan telur
Pada
penetasan telur data-data yang di ambil dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Pengambilan data penetasan telur
No
|
Uraian
|
Cara Pengambilan Data
|
1
2
3
4
|
Waktu
penetasan
Suhu
air
pH
air
Hatching Rate (HR)
|
Dengan
cara menghitung rentang waktu dari pembuahan hingga telur menetas.
Mengukur
dan mencatat suhu air pada bak penetasan telur dengan menggunakan alat
termometer.
Mengukur
dan mencatat pH air pada bak penetasan telur dengan menggunakan alat pH
meter.
Menghitung
dan mencatat jumlah telur yang menetas dengan melakukan sampling pada telur
larva.
|
3.3.1.6. Perawatan larva
Telur yang menetas dikenal dengan
sebutan larva. Data yang akan diambil pada proses perawatan larva adalah
sebagai berikut :
Tabel 9. Pengambilan data perawat larva
No
|
Uraian
|
Cara Pengambilan Data
|
1
2
3
4
5
|
Jenis,
dosis, frekuensi dan cara pemberian pakan
Suhu
pH
sampling
Survival Rate (SR)
|
Wawancara
dengan teknisi dan partisipasi melakukan pemberian pakan.
Mengukur
dan mencatat suhu air pada bak parawatan larva dengan menggunakan termometer.
Mengukur
dan mencatat pH air menggunakan pHmeter.
Partisipasi
melakukan dan menghitung sampling larva
Dilakukan
dengan membandingkan jumlah larva yang hidup pada waktu tertentu.
|
3.3.2
Data
skunder
Data skunder adalah data yang
sifatnya mendukung data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil studi
literature untuk melengkapi data primer. Pengambilan data skunder dilakukan
dengan cara mengutip atau menjadikan buku literature sebagai pelengkap data
primer serta sebagai studi banding dan pengamatan. Data yang diperoleh dari
buku yang menjadi literature sebagai penunjang, biasanya dalam bentuk gambar,
table dan kutipan pernyataan seorang penulis buku tersebut. Adapun data skunder
yang diambil dapat dilihat pada
Tebel 10 berikut :
Table 10. Pengambilan data sekunder
No
|
Uraian
|
Cara
Pengambilan Data
|
1
2
3
|
Sejarah
berdirinya lokasi
Struktur
organisasi
Letak
administratif
Sarana
dan prasarana
|
Data
diambil dengan melakukan wawancara dengan teknisi kemudian mencatat hasil
wawancara.
Data
diambil dengan melakukan wawancara dengan teknisi kemudian mencatat hasil
wawancara.
Data
diambil dengan melakukan wawancara dengan teknisi kemudian mencatat hasil
wawancara.
Data
diambil dengan cara mengamati dan mengindentifikasi sarana dan prasarana
serta melakukan wawancara dengan teknisi
|
3.3 Analisa Data
Analisa
dilakukan berdasaran analisa data kualitatif yang merujuk pada data, yang
terdiri dari deskripsi kaya dengan mengklasifikasikan, dan menafsirkan maknanya
dalam kontek masalah yang teliti. Selanjutnya juga dikatakan dengan analisa
kulitatif, bukan berarti tidak ada angka-angka, hanya saja angka-angka yang
digunakan itu bukan merupakan hasil perhitungan statistic, melainkan
tabulasi-tabulasi data saja, jika memang data tersebut mengharuskan untuk
ditabulasikan dalam betuk angka-angka guna mempermudah dalam membaca.
Analisa
data yang di ambil meliputi:
3.3.1
Fekunditas
Fekunditas
adalah jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina per ekor, sedangkan
fekunditas nisbi adalah jumlah telur yang dihasilkan induk betina per satuan
berat badan. Menurut Murtidjo (2001) fekunditas dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Keterangan
:
F = Jumlah total telur (F)
W
= Berat telur total (g)
w
= Berat telur sampel (g)
n
= Jumlah total telur yang dihitung saat sampling (butir)
3.3.2
Hatching
rate (HR)
Hatching rate (HR) adalah daya tetas
telur atau jumlah telur yang menetas. Untuk mendapatkan HR sebelumnya dilakukan
sampling larva untuk mendapatkn jumlah larva, Menurut Murtidjo (2001), HR dapat
dihitung menggunakan rumus berikut ini :
Jumlah telur yang menetas (ekor)
HR = X 100%
Jumlah telur yang terbuahi
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Keadaan Umum Lokasi
4.1.1
Letak Geografis
Balai Benih Ikan (BBI) Sekadau
adalah salah satu tempat dilaksanakannya kegiatan pembenihan yang ada di
Kabupaten Sekadau untuk menghasilkan benih yang unggul dan sekaligus dijadikan
tempat pelatihan atau penyuluhan bagi kelompok tani.
Praktek Kerja Lapangan II ini
dilakukan di Balai Benih Ikan (BBI) Kemawan Jl Sintang di KM 7 dari pusat kota
Kabupaten Sekadau dengan luas lahan ± 5 hektar dan terdiri dari 34 kolam yang
berjarak 1.250 m dari jalan raya Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat.
Dengan keadaan alamnya beriklim tropis, dan berdasarkan musimnya ada dua musim
yaitu penghujan dan musim kemarau.
Keadaan alam di sekitar lokasi
BBI Sekadau cukup menunjang untuk usaha budidaya perikanan, karena jauh dari
pencemaran industry dan sumber airnya merupakan aliran air dari pegunungan /
perbukitan.
4.1.2
Sejarah Berdirinya
Balai Benih Ikan (BBI) Kemawan
Kabupaten Sekadau berdiri pada tahun 2006 dikelola oleh Dinas Pertanian,
Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sekadau yang dipimpin oleh Bapak Drs. A.
Ardianto. G M. Si.
Balai Benih Ikan tersebut memiliki luas area 5
Ha. Walaupun lokasi BBI berada jauh dari kota, tetapi banyak konsumen yang
datang untuk membeli ikan, baik yang berukuran benih maupun yang berukuran konsumsi.
Tugas dan fungsi Balai Benih
Ikan Kemawan Kabupaten Sekadau adalah sebagai berikut :
a. Sebagai tempat kegiatan praktek (magang)
untuk mahasiswa dan siswa
b. Pusat pelatihan atau penyuluhan kelompok
tani
c. Untuk kegiatan budidaya dan mengasilkan
benih yang unggul
Lahan yang dimiliki BBI
Kemawan terdiri dari 32 kolam yaitu kolam pendederan, kolam pembesaran, kolam
pemeliharaan induk, bangunan hatcery, gudang pakan, ruang penerangan/listrik,
mess, rumah karyawan, aula tempat pelatihan, dan kantor BBI Kemawan.
4.1.3
Struktur Organisasi
Balai Benih Ikan Sekadau terletak dibawah Dinas
Pertanian, Perikanan Kab. Sekadau. Adapun struktur organisasi terdapat pada
Gambar 2.
Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan
Kabupaten Sekadau
|
Gambar 2. Struktur organisasi BBI Sekadau
Keterangan :
Kepala Dinas : Drs. A. Ardianto, G.
M. Si
Kepala Bidang : Dede Sunardi, A.Md
Koordinator Lapangan : Iwan Supardi, S.Pi
Bendahara : Eka Purnekasari
Teknisi Lapangan
1.
Mugimin, S.Pi
2.
Mochtar
3.
Kurniadi Indriawan
4.
M. Hatta
5.
Syahroni
6.
Saharudin
7.
Hayatull
8.
Arif Rohman,A.Md.Pi
9.
Andreas piter
4.1.4
Sarana dan Prasarana
BBI Sekadau dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang mendukung untuk syarat pembenihan dan administratif. Adapun sarana dan
prasarana dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Sarana dan Prasarana BBI Kemawan
Kabupaten Sekadau
No
|
Jenis
|
Spesifikasi
|
Jumlah
|
Fungsi
|
1
|
Akuarium
|
89
x 33 x 44 cm
|
4
|
Sebagai
wadah penetasan telur dan perawatan larva
|
2
|
Bak pemijahan
- Beton
- Fiber bulat
|
2 x
2 x 0,5 m
1,5
ton
|
5
2
|
Sebagai
wadah pemijahan
|
3
|
Bak
inkubasi
|
1,5
ton
|
2
|
Sebagai
wadah inkubasi telur
|
4
|
Bak
perawatan larva
|
2 x
2 x 0,5 m
|
2
|
Sebagai
wadah perawatan larva
|
5
|
Bak
penampungan air
|
2 x
2 x 0,5 m
|
1
|
Sebagai
wadah penampungan air
|
6
|
Airator
|
150
watt
|
5
|
Sebagai
sumber oksigen
|
7
|
Dompeng
|
1500
watt
|
1
|
Sebagai
sumber energy listrik
|
8
|
Konikel
tank
|
33
L
|
4
|
Sebagai wadah penetasan artemia dan larva ikan bawal
|
9
|
Pompa
robin
|
-
|
1
|
Untuk memompa air ke kolam
|
10
|
Selang
sipon
|
3 m
|
4
|
Untuk
menyipon bak/akuarium
|
11
|
Styrofoam
|
-
|
10
|
Sebagai
wadah pengangkutan benih
|
12
|
Baskom
|
-
|
4
|
Sebagai
wadah pengangkutan benih
|
13
|
Ember
|
-
|
5
|
Sebagai
wadah pengangkutan benih
|
14
|
Gelas
ukur
|
300
cc
|
9
|
Sebagai
alat sampling
|
15
|
Spuid
|
10
mL
|
10
|
Untuk
menyuntik ikan
|
17
|
Tabung
oksigen
|
50
kg
|
2
|
Untuk mengisi oksigen pada saat packing
|
18
|
Timbangan
|
10
kg
|
1
|
Untuk
menimbang induk
|
19
|
Serokan
induk
|
-
|
2
|
Untuk
menyerok induk
|
20
|
Serokan
halus
|
-
|
4
|
Untuk
memanen benih/larva
|
Sumber : BBI Sekadau 2011
4.2 Hasil
4.2.1
Persiapan wadah
Wadah
yang digunakan untuk memijahkan ikan adalah bak semen yang dilapisi dengan tehel yang dipasang waring didalamnya,
adapun alur proses persiapan wadah penetasan dapat dilihat dari skema dibawah
ini :
Gambar
3. Alur proses persiapan wadah
4.2.2
Seleksi
induk
Sebelum kegiatan pemijahan
dilakukan, terlebih dahulu induk harus diseleksi. Hasil seleksi induk dapat
dilihat pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12. Hasil seleksi induk
No
|
Kriteria
|
Jantan
|
Betina
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Umur
Berat Badan
Panjang
Perut
Pergerakan
Kelamin
|
1 Tahun
2 kg
48 cm
Ramping bila di striping mengeluarkan sperma
Lincah
Runcing,
kemerahan dan memanjang hingga sirip anal
|
1,5 Tahun
2,5 Kg
50 cm
Buncit bila diraba bagian perutnya akan terasa
lembek
Lamban
Bulat
kemerahan dan menonjol keluar.
|
Sumber : Data lapangan,(2011)
4.2.3
Pemberokan
Tujuan
dilakukan pemberokan yaitu untuk memuasakan induk agar kotoran keluar dan kadar
lemak yang dapat menghambat proses ovulasi berkurang.
4.2.4
Proses
pemijahan
Alur poses kegiatan pemijahan ikan lele
dumbo dapat di lihat pada gambar berikut:
Gambar 4. Alur
proses pemijahan
Untuk lebih jelas, data–data selama proses pemijahan
dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:
Tabel 13.
Data hasil pemijahan
No
|
Uraian
|
Keterangan
|
1
|
Metode pemijahan
|
Buatan (induced breeding)
|
2
|
Jenis hormone
|
Ovaprim
|
3
|
Dosis
|
0,3/ kg induk
|
4
|
Daerah penyuntikan
|
Punggung
|
5
|
Waktu penyuntikan
|
23.00 WIB
|
6
|
Tahapan penyuntikan
|
1 X Penyuntikan
|
7
|
Induk yang di suntik
|
Betina
|
8
|
Jumlah induk di suntik
|
1 ekor
|
9
|
Berat induk
|
2,5 kg
|
10
|
Jumlah induk jantan
|
1 ekor
|
Sumber : Data lapangan (2011)
Setelah dilakukan pemijahan, data
fekunditas dapat dilihat pada Tabel 14 berikut:
Tabel 14.
Data hasil fekunditas
No
|
Uraian
|
Keterangan
|
1
|
Volume seluruh telur (ml)
|
300
|
2
|
Volume telur sampel (ml)
|
1
|
3
|
Jumlah telur sampel
(butir)
|
546
|
4
|
Fekunditas
|
163800
|
Sumber : Data lapangan (2011)
4.2.5
Penetasan
telur
Telur di
teteaskan di bak penetasan yang berukuran 2m x 1m. kemudian telur yang siap
ditetaskan di tebar kedalam happa dengan hati-hati.dimana daya tetas telur
dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini:
Tabel 15 . Hatching
Rate pemijahan
No
|
Volume sampel
( ml )
|
Jumlah sampel
( ml )
|
Hatcing rate
|
1.
|
250
|
38
|
Volume
waring = 200cm x 100cm x 30cm
= 600.000cm³
Jumlah
larva = 600.000
X 42,6
250
= 102240
102240
HR = X 100 % = 62,41 %
163800
|
2.
|
250
|
59
|
3.
|
250
|
47
|
4.
|
250
|
24
|
5.
|
250
|
45
|
Total
|
1250
ml
|
213
= 42,6 ekor
|
Sumber : Data lapangan (2011)
4.2.6
Perawatan
larva
Perawatan larva dimulai dari telur mulai
menetas atau larva berumur 0 hari, selama kegiatan larva diberi pakan seperti Tabel
16 berikut:
Tabel 16. Pemberian pakan larva
N0
|
Umur
|
Pakan yang diberikan
|
Dosis
|
Frekuensi
|
1.
2.
|
0-3
hari
4-10
hari
|
Larva belum diberi pakan karena masih
mempunyai kuning telur di tubuhnya
Tepung
udang
|
-
Secukupnya
|
-
2 kali sehari
|
Sumber : Data lapangan (2011)
4.3
Pembahasan
4.3.1
Persiapan wadah
Langkah awal yang dilakukan dalam kegiatan pemijahan ikan
lele dumbo adalah mempersiapkan wadah berupa bak penetasan telur. persiapan wadah perlu dilakukan sebelum kegiatan pemijahan
dilakukan, sebelum wadah digunakan untuk penetasan telur wadah tersebut harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengeringkan air yang ada di bak
tersebut setelah dikeringkan barulah menyikat kotoran-kotoran atau lumut-lumut
yang ada di bak tersebut yang bertujuan untuk menghilangkan bibit penyakit yang
ada setelah disikat barulah bak tersbut dibilas dengan air bersih agar
kotoran-kotoran dan lumut terbuang atau terbawa air ke saluran pembuangan. Pembersihan
bak harus benar-benar bersih karena kebersihan bak berpengaruh terhadap
keseterilan kualitas air, sehingga tidak menggangu dalam proses penetasan
telur. setelah dibilas bak dikeringkan kemudian diisi air setinggi 30 cm.
Setelah diisi air barulah pemasangan happa dilakukan, happa di pasang dengan
cara mengikat pada keempat sudutnya ke kayu yang terdapat di sudut bak. happa
yang digunakan berukuran 2 m x 1 m dan kemudian memastikan sirkulasi air
berjalan lancar untuk penetasan telur. Kegiatan persiapan wadah dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5. Persiapan Bak
Penetasan Telur
4.3.2
Seleksi
Induk
Seleksi induk dilakukan dengan tujuan untuk memilih calon induk yang baik dan
sehat, serta untuk melihat tingkat kematangan gonad apakah calon induk tersebut
layak untuk dipijahkan atau tidak. Induk ikan lele dumbo yang baik harus
dinyatakan lolos seleksi baik dari segi umur, berat, kesehatan maupun
kematangan telurnya. Sebab jika kurang hati-hati memilih induk, maka keturunan
yang dihasilkan
jumlahnya akan lebih sedikit atau kualitas benihnya kurang baik (Susanto,
2002).
Gambar 6. Seleksi induk
Kegiatan seleksi induk yang dilakukan di BBI Sekadau
dengan cara menangkap induk dengan menggunakan jaring dimana jaring ditarik
oleh beberapa orang untuk mempersempit ruang gerak induk agar induk mudah di
tangkap seperti pada Gambar 6. Berdasarkan pengamatan pada seleksi induk
didapat 1 pasang induk yang sudah matang gonad. Ciri –ciri induk matang gonad
yaitu induk jantan berumur ± 1 tahun dan betina 1,5 tahun, berat badan
jantan ± 2 kg dan betina 2,5 kg, panjang jantan 48 cm dan betina 50 cm dan
kelamin pada ikan berwarna merah. Hasil seleksi induk jantan dan betina dapat
dilihat pada Gambar 7 berikut.
Gambar 7. Induk lele betina dan jantan
4.3.3
Pemberokan
Menurut Hernowo (2003), pemberokan adalah
memuasakan induk selama 12-24 jam dengan tujuan agar kotoran (feses) keluar dan
sekaligus meyakinkan hasil seleksi induk betina.
di
BBI Sekadau induk jantan dan betina yang sudah diseleksi kemudian di
istirahatkan pada bak pemberokan selama 1 hari seperti pada Gambar 8.
Gambar 8. Pemberokan induk
pemberokan bertujuan
untuk memuasakan induk ikan lele karena jika induk lele diberi makan perut
induk ikan lele kelihatan besar dan itu akan mempersulit untuk mengetahui induk
yang matang gonad, serta sulit dalam ovulasi. Selama proses
pemberokan induk jantan dan induk betina dipisahkan agar tidak memijah secara
liar. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahyudin (2008), pemberokan adalah tahapan
dalam pemijahan yang dilakukan dengan cara ikan atau induk dipuasakan saat
induk ikan selesai diseleksi dan sebelum dipijahkan selama 1-2 hari. Pemberokan
induk jantan dan betina dilakukan pada wadah terpisah.
4.3.4
Proses pemijahan
Pada saat PKL II, ikan lele dipijahkan secara
buatan (induced breeding) Adapun
kegiatan pemijahan sebagai berikut:
-
Induk
harus di timbang agar mudah dalam pembentukan dosis hormone yang di gunakan.
-
Setelah
ditimbang induk betina disuntik dengan ovaprim dengan dosis 0,3ml/kg kemudian
ditambahkan 1 ml aquabidest sebagai pengencer. Sementara induk jantan tidak
disuntik karena ikan jantan akan di jadikan ikan donor untuk diambil
sepermanya. Data perhitungan dosis hormone dapat dilihat pada Lampiran 3.
-
Penyuntikan induk lele betina
dilakukan pada bagian punggung dengan kemiringan 45˚ penyuntikan dilakukan malam
hari sekitar jam 23.00. Pengambilan dosis hormon dan penyuntikan dapat dilihat
pada gambar 9 dibawah ini.
-
Setelah
disuntik induk lele betina di masukan lagi ke kolam pemberokan dan dibiarkan 8-10
jam.
-
Sekitar
8 jam induk di cek tingkat ovulasinya, kemudian apabila di urut ke arah anus
sudah mengeluarkan telur berarti induk sudah siap di streeping untuk
megeluarkan telur.
-
Kemudian
induk jantan dibedah untuk di ambil spermanya, selanjutnya sperma yang telah
diambil dibersihkan dan digunting, masukan ke dalam gelas ukur 100 ml yang
sudah terisi NaCl 100 ml. Berikut gambar perlakuannya.
Gambar 10. Pengambilan
sperma induk jantan
-
Setelah itu induk betina distreeping
untuk dikeluarkan telurnya, telur hasil pengurutan segara dibuahi sperma dengan
cara memasukan sperma kedalam baskom yang berisi telur sampai telur terendam
larutan sperma, agar telur tercampur haduk secara perlahan dengan menggunakan bulu
ayam hingga terlihat merata. Perlakuan dapat dilihat pada Gambar 11 dibawah
ini.
Gambar 11.
Streeping dan pembuahan
-
Telur
ditebar ke happa yang berukuran 2m x 1m. Hal ini dipertegas oleh Hernowo dan
Suyanto (2008), dimana pembuahan telur meliputi persiapan alat dan bahan, mengambil
kantong sperma dengan cara membedah induk jantan dan mengeluarkan telur secara
streeping, sperma di campur dengan Nacl, telur hasil streeping dibuahi dengan
sperma kemudian di tebar merata ke dalam happa penetasan dengan cara
menyiramkan telur kemudian air digusar menggunakan tangan.
Setelah dilakukan proses pemijahan didapat jumlah
fekunditas yaitu 163800 butir telur. Cara perhitungan menggunakan teknik
volumetrik. Data perhitungan fekunditas dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.3.5
Penetasan telur
Setelah
proses pembuahan selesai langkah
selanjutnya adalah penetasan telur. Penetasan telur dilakukan pada happa.
Penetasan telur berlangsung selama 3 hari terhitung sejak pembuahan dari wadah penetasan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Santoso (1993), yang menyatakan bahwa
telur ikan lele menetas semua dalam tempo 2-3 hari. Cepat lambatnya
penetasan dipengaruhi oleh suhu air. Semakin tinggi suhu air maka semakin
lambat waktu penetasan. Sebaliknya semakin rendah suhu air maka semakin cepat
waktu penetasan. bahwa Pada suhu 23-26 ˚C telur ikan lele menetas dalam 2 hari, sedangkan pada suhu 27-30 ˚C,
telur menetas dalam 3 hari.
Sebelum telur menetas terlebih dahulu telur tersebut
akan dibuahi. Untuk membedakan telur yang terbuahi dengan telur yang tidak
terbuahi dapat dilihat dari warna telurnya, biasanya telur yang terbuahi akan
berwarna bening dan transparan sedangkan untuk telur yang tidak terbuahi yaitu
bewarna putih susu dan berjamur. Jumlah
telur yang dibuahi tidak dapat diketahui secara pasti karena sifat telur ikan lele
yang menempel (adesif) sehingga penghitungan menggunakan metode sampling tidak
memungkinkan dilakukan.
Dalam kegiatan praktek, tempat penetasan telur merupakan wadah yang juga
digunakan untuk pemeliharaan larva. Hal ini
sesuai dengan pendapat Santoso (1993), yang menyatakan bahwa happa
penetasan sekaligus digunakan sebagai bak pemeliharaan larva.
Penetasan telur dilakukan pada happa yang berukuran 2 m x 1 m dengan ketinggian
air 30 cm. sepeti terlihat pada Gambar 12, telur ditebar kedalam happa dengan
hati-hati saat penebaran tangan sudah harus berada di air untuk menggusar telur
agar telur tidak mengumpal.
Gambar 12.
Penebaran telur
Telur hasil pembuahan secara buatan menetas selama
30 jam. Karena keterbatasan alat maka pengecekan suhu tidak dilakukan. Akan
tetepi menurut Hernowo dan Suyanto (2008), menyatakan ikan lele menetas 36-40
jam dan pada suhu 26-28 ˚C. Telur yang
tidak terbuahi atau mati akan menjadi berwarna putih dan ditumbuhi jamur, oleh
karena itu telur yang tidak terbuahi akan segera dibuang.
Jumlah
larva yang dihasilkan dari telur yang berhasil menetas Hatching rate (HR) pada saat kegiatan yaitu 62,41% hasil tersebut
dikatakan cukup baik. Hal ini diperkuat dengan pendapat Bachtiar (2006), daya
tetas telur yang optimum adalah 50-60%. Data perhitungan HR pada pemijahan ikan
lele dapat dilihat pada Lampiran 6.
4.3.6
Perawatan
larva
Telur
yang menetas menjadi larva dibiarkan larva di bak penetasan selama 3 hari larva
tersebut belum diberi pakan karena masih mempunyai kuning telur Santoso (2007),
menyatakan bahwa sampai hari ke 3 larva lele belum membutuhkan pakan tambahan
karena masih mempunyai cadangan makanan berupa kantong kuning telur setelah
berumur 4-6 hari larva harus diberi pakan tambahan berupa kuning telur karena
kuning telur yang menjadi makanannya sudah habis. Pada fase ini larva sangat
rentan akan sifat kanibal, dengan demikian untuk meminimalisir tingkat
kanibalisme tersebut larva harus diberi pakan yang cukup. Dilapangan pakan larva
yang diberikan yaitu tepung udang. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada
pukul 7.00 dan sore pada pukul 17.00 dengan cara pakan tepung udang tersebut
dituangkan kedalam serok untuk diberikan yang halusnya saja sehinga pakan yang
kasar tersaring kemudian ditebar dari bagian piggir hingga merata. Berikut
gambar jenis pakan yang di berikan pada larva.
Gambar
13. Pakan untuk larva
Kualitas
air juga harus diperhatikan dalam proses perawatan larva karena kualitas air
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup larva. kualitas air selama
kegiatan pemeliharaan larva lele relative sama hal ini dikarenakana kegiatan
pemeliharaan larva dilakukan dalam ruangan tertutup (indoor). Menurut Santoso (2007) pH berkisar 6-8 dan suhu 28-30 ˚C,
dilapangan tidak dilakukan pengecekan kualitas air karena keterbatasan
alat.
5.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan pemijahan ikan lele dumbo yang dilaksanakan di BBI Sekadau,
kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Dalam Persiapan bak penetasan telur yaitu dimulai dari
pembersihan bak misalnya menyikat bak, memasang happa, pengisian air yang
bersih dalam bak.
2. Seleksi induk bertujuan mendapatkan induk yang benar –
benar matang gonad dan tidak cacat. Induk yang di gunakan sebanyak 1 ekor induk
jantan dengan berat 2 kg, dan induk betina sebanyak 1 ekor dengan berat 2,5 kg.
3. Pemberokan dilakukan dalam bak pemberokan, selama
proses pemberokan selama 2 hari ikan tidak diberi pakan sama sekali guna untuk
membuang kotoran dalm perut ikan dan mengurangi lemak dalam perut ikan, hal ini
sangat diperlukan agar tidak mengganggu dalam proses striping ikan.
4. Teknik pemijahan dilakukan dengan secara buatan
(induseed breeding), dimana induk betina disuntik dengan hormone ovaprim dengan
dosis 0,3 ml/kg induk. Kemudian penyuntikan hanya dilakukan 1 kali masukan lagi
dalam bak pemberokan dan dibiarkan selama ± 8 – 10 jam. Setelah itu dilakukan
striping dan induk dikembalikan lagi
kekolam pemeliharaan induk. Fekunditas yang dihasilkan 163800, dari hasil
tersebut daya tetas ikan lele yang dipijahkan sebesar 62,41% banyak larva
102240 ekor.
5. Perawatan larva dengan memberi pakan berupa pakan
tepung udang setelah larva berumur 4 hari atau sudah habis kuning telurnya.
5.2 Saran
Pada umumnya teknik pemijahan ikan lele dumbo
di BBI Sekadau sudah berjalan dengan baik. Agar pembenihannya berjalan lebih
baik lagi maka di sarankan agar sarana dan prasarana bisa memadai, seperti
parameter kualitas air, timbangan digital, jalan masuk ke lokasi dan aliran
listrik dari PLN.
DAFTAR PUSTAKA
Soetomo, 2003. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo.
Sinar baru Algensindo. Jakarta.
Santoso, Budi. 1995. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo
dan Lokal. Kanisius. Yokyakarta.
Santoso, Heru. 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Khairuman, 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif.
Argo Media Pustaka. Jakarta
Hernowo, Suyanto dan Rachmatun. 2002. Pembenihan
dan pembesaran Lele. Kanisius. Yogyakarta
Mahyudin, Kholis. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele.
Penebar Swadaya. Jakarta
Bachtiar, Ir, Yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele
Dumbo. Agro Media Pustaka. Jakarta
Suyanto. 1997. Budidaya
Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lampiran 1. Rencana kegiatan
No
|
Rencana Kegiatan
|
Tanggal
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
1
|
Persiapan PKL
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Berangkat ke lokasi PKL
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Laporan kepada pimpinan lokasi
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Orientasi lapangan
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Pengarahan
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Kegiatan PKL
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
7
|
Melengkapi data-data laporan
|
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
8
|
Persiapan pulang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
9
|
Laporan akhir kegiatan kepada pimpinan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
10
|
Pulang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan
A.
Keadaan
umum lokasi
1.
Latar
belakang
a.
Kapan
bedirinya ?
b.
Tujuan
berdirinya ?
2.
Keadaan
lokasi
a.
Lokasi
BBI ?
b.
Berapa
jarak lokasi dengan jalan raya ?
c.
Bagaimana
kondisi geografisnya ?
3.
Struktur
organisasi
a.
Apa
bentuk usahanya ?
b.
Dari
mana sumber dana oprasionalnya ?
4.
Tenaga
kerja
a.
Berapa
jumlah tenaga kerja
b.
Apa
pendidikannya ?
c.
Berapa
jumlah upah ?
B.
Prasarana
1.
Lahan
a.
Berapa
total luas lahan ?
b.
Bagaimana
tata guna lahan ?
c.
Apa
jenisnya ?
2.
Sistem
penerangan
a.
Dari
mana sumber penerangan yang diperoleh ?
b.
Digunakan
untuk apa saja ?
c.
Berapa
biaya rata-rata tiap bulan ?
3.
Jalan
a.
Adakah
jalan disekitar lokasi ?
b.
Bagaimana
kondisinya ?
c.
Adakah
sarana transportasinya ?
4.
Sumber
air
a.
Dari
mana sumber airnya ?
b.
Berapa
jarak sumber air dengan lokasi pemeliharaan ?
c.
Bagaimana
kualitas dan kuantitas airnya ?
5.
Komunikasi
a.
Adakah
alat komunikasi ?
C.
Sarana
1.
Kolam
a.
Bagaimana
saluran irigasi untuk pembenihan dan pembesaran ?
b.
Berapa
jumlah kolam ?
c.
Bagaimana
penggunaannya ?
d.
Berapa
luas masing-masing kolam ?
e.
Bagaimana
tata letaknya ?
f.
Bagaimana
bentuk dan konstruksi kolam ?
2.
Pakan
a.
Apa
jenis pakan yang diberiakan ?
b.
Berapa
dosis dan waktu pemberian ?
c.
Bagaimana
kualitas pakannya ?
d.
Berapa
biaya pembelian pakan ?
3.
Obat-obatan
a.
Apa
jenis obat yang digunakan ?
b.
Kapan
waktu pemberiannya ?
c.
Bagaimana
cara penggunaannya ?
D.
Kegiatan
Pemijahan Lele Dumbo
1.
Persiapan
wadah
a.
Apa
jenis wadah yang digunakan ?
b.
Berapa
ukuran serta luasnya ?
c.
Apa
saja yang haeus di siapkan pada wadah ?
2.
Pemeliharaan
dan seleksi induk
a.
Dari
mana asal induk ?
b.
Bagaimana
kriteria induk ?
c.
Berapa
lama pemeliharaannya ?
d.
Apa
tujuannya ?
e.
Bagaimana
cara perawatan yang dilakukan ?
f.
Bagaimana
ciri induk betina yang siap dipijahkan ?
g.
Bagaimana
ciri induk jantan yang siap dipijahkan ?
3.
Pemberokan
a.
Apa
tujuan pemberokan ?
b.
Berapa
lama perlakuannya ?
4.
Proses
pemijahan
a.
Apa
saja alat yang digunakan ?
b.
Kapan
waktu pemijahan ?
c.
Apa
jenis serta dosis hormon yang digunakan ?
d.
Bagaimana
cara pemberian hormonnya ?
e.
Berapa
lama waktu pemijahannya ?
f.
Bagaimana
proses pembuahan telurnya ?
5.
Penetasan
telur
a.
Bagaimana
perawatan telurnya ?
b.
Berapa
lama waktu penetasan telur ?
6.
Perawatan
larva ?
a.
Apa
saja yang harus disiapkan ?
b.
Bagaimana
kualitas air saat perawatan larva ?
c.
Kapan
pemberian pakannya ?
d.
Apa
jenis pakan yang diberikan ?